Sabtu, 19 Desember 2009

Kebijaksanaan Teknologi Lokal

Tgl 5 desember 2009 pertama kalinya saya berkunjung ke Banjarmasin untuk pelantikan DPW ORSHID Kalimantan Selatan. Singkatnya waktu kunjungan (hanya 3D 2N) dan padatnya acara membuat saya tidak bisa berinteraksi lebih banyak dengan teman dan budaya setempat.

Banjarmasin adalah ibukota propinsi Kalsel yang kata Pak Ris adalah kota terjorok karena orang-orangnya kurang menjaga kebersihan terutama sungai mereka yang banyak membelah kota Banjarmasin. Saya belum sempat menikmati kekhasan pasar apung mereka karena kegiatan yang sampai lewat tengah malam membuat kami memilih bangun agak siang untuk memulihkan tenaga.

Namun ada oleh-oleh menarik yang saya catat dari kunjungan itu. Yaitu kebijaksanaan lokal yang mengandung unsur teknologi dalam membangun rumah di sana. Kebijaksanaan itu adalah dalam penggunaan pohon lokal yang disebut pohon Galam (saya belum menemukan nama latinnya) sebagai salah satu bahan baku membuat pondasi rumah di sana.

Tipe tanah Kota banjarmasin adalah tanah rawa. Sehingga apabila membangun rumah dengan sistem konstruksi biasa, yang akan terjadi adalah, lama kelamaan pondasi rumah akan tenggelam dalam air rawa dan rumah akan ambruk. Ini disebabkan air rawa telah mengyebabkan kepadatan tanah berkurang. Sekalipin mereka menggunakan beton baja sebagai pasak bumi untuk menunjang konstruksi pondasi, tetap saja tidak mampu menahan labilitas tanah rawa tersebut.

Untuk mengantisipasi hal tersebut ternyata nenek moyang suku asli banjarmasin menggunakan kayu pohon galam untuk mengurangi kelabilan struktur tanah rawa tersebut. Mereka memontong kayu galam dengan ukuran 2 - 3 meter dan dihunjamkan ke dalam tanah berawa tersebut sebagai bagian dari pasak bumi. Semakin tinggi konstruksi bangunan, semakin banyak potongan yang diperlukan. sementara hitungan matematis berapa jumlah kayu galam yang harus digunakan untuk beban sekian ton belum saya dapatkan. Nampaknya ini wilayah yang bisa dijadikan bahan penelitian insinyur sipil.

Singkat kata, pengetahuan tentang penggunaan kayu galam sebagai komponen penyusun pomdasi rumah d daerah Banjar adalah bukti sederhana kebijaksanaan teknologi lokal dalam bidang konstruksi. Sudahkah ada yang mengembangkannya menjadi ilmu yang lebih luas dan praktis secara akademis melalui pebelitian? Itu jawaban yang mestinya diberikan oleh universitas-universitas di Indonesia.

Sabtu, 12 Desember 2009

Wake up Call - Tuhan Maha Baik

Satu minggu terakhir rasanya malas untuk beraktivitas maunya istirahat saja karena capek dari perjalanan. Kemalasan itu juga memasuki ranah ibadah sholat sebagai ibadah harian dan hormat waktu. Sepertinya saya sedang mengalami disorientasi dalam menjalani hidup dalam aspek kelurusan gaya hidup.

Dua hari lalu saya menerima kabar, salah seotang rekan organisasi di Malaysia wafat. Kabar yang cukup mengejutkan dan membuat sedih. Karena kabar terakhir yang saya terima adalah Blio sedang mendampingi salah seorang guru Blio yang sedang sakit. Jadi asumsi saya Blio sehat. Tapi takdir Tuhan memang penuh misteri.

Dan hari ini saya menerima sms dari salah seorang rekan dari Indonesia yang berkesempatan hadir dalam pembacaan doa di rumah Blio. Dan saya menangis. Sedih merasa kehilangan seorang rekan pejuang yang baik, tulus dan ikhlas. Bahagia karena kabar bahwa ternyata anaknya telah diberi wasiat untuk melanjutkan perjuangan sang Ayah. Terharu karena ketulusan persahabatan dan komitmen yang ditunjukkan oleh rekan yang mengabari saya tersebut.

Itu semua saya refleksikan pada diri saya yang saat ini sedang mengalami kemalasan dan sindrom 'disorientasi' gaya hidup. Sekali lagi saya harus menangis. Karena saya merasa Tuhan Maha Baik. Di tengah semua yang sedang terjadi pada saya antara dorongan hawa nafsu dan fuad (hati nurani), sesuatu dihadirkan untuk mengingatkan kembali pada arah pandang pada sesuatu yang lebih mulia.

Disorientasi yang saya maksud disini bukan suatu proses kehilangan arah, tapi lebih pada pergeseran orientasi gaya hidup. Gaya hidup yang saya maksud adalah gaya hidup yang lebih mengutamakan ego pribadi, seperti bersenang-senang, mainan game sepuasnya, tidur panjang hingga bangun siang, sampai lalai mengerjakan sholat. Mungkin tak mengapa dengan itu karena banyak orang yang hidup begitu. Tapi membaca nurani dan karakter saya sendiri, saya tahu itu bukanlah diri saya yang sesungguhnya. Itu adalah diri yang 'being victimized by the lure of wordly temptation'.

Disanalah kebaikan Tuhan bekerja. Sebelum benar-benar jatuh, Dia menolong dengan menjadikan seluruh sistem semesta menyeru pada orientasi yang hakiki. Karena dalam orientasi yang hakiki saya bisa tetap merasa bahagia dan justru bahagia yang lebih langgeng dibanding pada orientasi yang lain.

Kini dengan peringatan penuh kasih dari-Nya saya perlu menata ulang aktivitas diri lahir dan batin.

Terima kasih Tuhan!