Jumat, 25 September 2015

In memoriam Bpk Abdul Choliq

Namanya adalah Abdul Choliq,  hamba Sang Pencipta. Aku mengenalnya dan menerimanya sebagai seorang guru ruhaniku sejak aku kembali ke Jawa Timur tahun 2003 setelah mulai belajar di Thariqah Shiddiqiyyah pertengahan tahun 2000.



Dengan kemampuannya memandang yang batin, tidak banyak yang bisa aku sembunyikan dari Beliau. Seringkali aku hanya bisa diam dan membatin bila datang bersilaturahmi kepada Beliau dan itupun tidak terlalu banyak. Seringkali hanya bisa tersenyum malu atas pertanyaan-pertanyaan yang Beliau ajukan, yang tak mampu aku menjawabnya. Beliau membimbing aku melalui ibadah dan mengajarkan aku untuk tidak putus asa dengan dzikir-dzikir yang disarankan di saat yang tepat,  setelah melihat batinku. 

Bersama Beliau dan rekan-rekan DPP Organisasi Shiddiqiyyah
dalam kunjungan kerja ke Lampung Tengah
Pesan pertama di pertemuan pertama kami adalah 'aku masih dibutuhkan orang banyak.'. Sebuah jawaban atas pertanyaan batin yang tak sempat kuucapkan dan tidak kuduga  di saat aku justru berniat menarik diri dari kehidupan organisasi dan keramaian. Pesan yang lainnya kembali disampaikan setelah acara MUNAS ORSHID di Magelang akhir Agustus 2007. Saat aku pikir semua urusan persidangan selesai dan aku kembali ke kehidupan pribadi aku. Ternyata pesan itu adalah petunjuk untuk tanggung jawab organisasi dan peran yang aku terima berikutnya di Organisasi Shiddiqiyyah.

Kesempatan bersama Beliau datang saat kunjungan kerja ke Daerah-daerah. Sosok Beliau yang santun, pengetahuan batin yang menembus hijab, tawadhu' Beliau dan penghargaan pada anak-anak muda yang mengabdikan dirinya untuk perjuangan adalah kesan mendalam tentang Beliau yang tak mungkin hilang dari ingatan. Senyum kecilnya dan gurauan yang menyentil kesadaran menjadikan Beliau guru sekaligus ayah bagi banyak anak-anak muda yang mendampingi perjuangan Beliau.

Ada pesan pribadi yang masih tertinggal dalam diri ini. Sebuah amalan terakhir yang diajarkan kepadaku di kunjungan aku terakhir kalinya saat Beliau sakit.  Hingga kini pesan itu masih tetap aku jalani. Ada beberapa hal yang tak pernah kuungkap dalam kata-kata,  namun tertangkap oleh batin Beliau yang bersih.  Senyum kecil sambil menunduk di antara pesan yang Beliau sampaikan menjadi tanda sambungnya batin seorang murid dengan gurunya.  Dengan kembalinya Beliau ke hadirat Ilahi, seolah rahasia batinku terbawa pergi bersama putusnya harapan dan keinginanku agar suatu saat nanti Beliau berkenan menikahkan aku dengan cara Shiddiqiyyah.

Pelita itu kembali ke alam keabadian
Guru besar kami,  Mursyid Thariqah Shiddiqiyyah Bpk Kyai Moch Muchtar Mu'thi selalu mengingatkan, "Usia manusia memang sangat terbatas, namun usia perjuangan jauh lebih panjang dari usia manusia." Bpk Abdul Choliq telah meninggalkan dunia yang fana ini,  kembali ke alam kelanggengan dalam kalimat Laa Ilaaha Illalloh. Tapi cita-cita perjuangannya tak akan pernah mati. Dalam batin dan semangat kami,  murid-murid yang telah dibimbing Beliau dengan penuh kasih sayang, cita-cita dan harapan bagi tegaknya kalimat Laa Ilaaha Illalloh semoga terus menginspirasi kami untuk bergerak dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi seluruh alam.

Pesan Guru besar kami mengiring bepergian jenazahnya, juga memperjelas kedudukan Beiiau di sisi Allah Azza wa Jalla. Nafas Beliau adalah Laa ilaaha illalloh, hidup Beliau adalah dalam laa ilaaha illaAlloh. Dan tak ada kebahagiaan yang paling hakiki, selain kembali ke dalam laa ilaaha IllaAlloh. 

Selamat jalan Bapak. Tiada kebahagiaan bagimu selain keridhoan hadiratNya. Semoga daya ruhanimu senantiasa mendampingi kami menjalani perjuangan melanjutkan cita-citamu.  Segala puji bagi Allah yang telah mengijinkan aku untuk mengenalmu dan menjadi bagian dari murid-murid yang engkau bimbing.  

Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Allohummaghfir lii Bapak Abdul Choliq warfa' darojatahu wafsah qobrohu wa nawwir fii qobrihi. 

Beliau kembali ke alam kelanggengan pada 7 Dzulhijjah 1436H / 21 September 2015M