Sabtu, 28 Oktober 2017

Prem Rawat - Butiran Pasir

Setelah beberapa waktu berpikir cara membuat video terjemahan, akhirnya ketemu jalan.

Setelah kesulitan ada kemudahan.

Dan senangnya tidak terlukiskan.

Selasa, 10 Oktober 2017

Resident Evil dalam Perspective Taswuf

Tulisan ini adalah hasil dari obrolan dalam Grup WA pada tgl 22 Juni 2017 yang lalu, setelah malam  sebelumnya mendengarkan mauidhoh hasanah Bpk Kyai dalam pengajian Malam Lailatul Mubarokah. Beliau menyebutkan tentang salah satu bagian dalam Kitab Tasawuf tingkat tinggi Al Hikam karya Syeikh Ibnu Athoillah Al Askandary tentang tanta-tanda matinya hati.

Kutipan bagian itu mengingatkan saya pada sebuah Film seri Resident Evil yang dibintangi Mila Jovovich. Sinopsis film itu bisa dibaca disini. Saya tidak akan menuliskannya lagi. Saya akan menuliskan hikmah dalam film itu dari sudut pandang tasawuf saja.




Sebuah Hati yang Membusuk

Dari mauidhoh hasanah Bpk Kyai semalam, saya baru tahu hikmahnya ada film Resident Evil yang suerem n menegangkan, Bagian keterangan dari kitam al Hikam bab 128. Kalau divisualisasikan kira2 kan seperti itu. Resident evil kan awalnya dari virus yang kemudian dalam waktu cepat membusukkan jasad dan menjadikan orang yang terkena virus itu lama2 menjadi orang yamg hidup tapi pada hakikatnya mati. Sehingga temannya yang belum terkontaminasi bisa sampai pada satu titik dimana membunuh mereka adalah lebih baik daripada membiarkannya hidup.

Semua manusia sesuai fitrahnya juga orang yang baik. Karenanya jabang bayi itu dipanggil Muhammad. Ketika virus kejahatan dan keburukan mulai mengkontaminasinya, proses matinya hati itu ya seperti itu. Tidak serta merta mati. Ia seperti virus yang menggerogoti manusia. Dan sebagaimana kebaikan indalloh itu menimbulkan kebaikan. Begitu pula kejahatan itu juga menarik kejahatan berikutnya

Siapakah milla jovovich nya? Atau si women in red itu? 
Si perempuan itu sesuai sifat perempuan adalah sifat Rahman dan Rahim Allah
Bahwa ketika Iblis yang trrkutuk meminta penundaan atas kematiannya, Allah memberi penangguhan. Dan ketika Iblis berjanji akan membawa sebanyak-banyak manusia ke neraka bersama. Allah memberi persyaratan tidak semua bisa dibawa. Hanya hamba2 yang mukhlasin yang tidak akan diselamatkan. 

Ikhlas itu yang disampaikan Blio semalam sebagai pondasi hidupnya ruh. Dan itu semua bukan lain adalah wujud Sifat Rahman dan Rahim Allah. Hidupnya ruh adalah sebuah wujud lailatul qadr.  Dengan itu kita menyaksikan Allah dan mengalami kebenaran alastu birobbikum di kehidupan ini


Jadi apa pengertian maknanya ketika mila jovovich itu bisa di cloning?

Bahwa Allah itu Maha Abadi. Keabadiannya tidak dibatasi oleh pengetahuan manusia dan perbuatan manusia. Dan bahwa Allah terus menerus mencurahkan Rahman dan RahimNya dengan silih berganti mengutus Nabi dan Rasul untuk menyelamatkan manusia dari kontaminasi virus kejahatan

Mila jovovich punya senjata dalam melawan zombie2 itu.. apa senjata kita?

Senjata kita ya fitrah kemanusiaan kita ini. Bukankah man arofa nafsa faqod arofa Robba. Siapa yang mengenal dirinya, dia akan mengenal Tuhannya.


Ash Shomad

Ash Shomad
Apakah teman2 perhatikan kenapa dalam sholat lailatul Qodr surat yang diperintahkan untuk dibaca adalah surat Al Ikhlas? Banyak yang sudah tahu bahwa karena al Ikhlas senilai 1/3 isi Al Quran. Dan banyak yang hanya tertuju pada kata Ahad. Tapi dalam kaitannya dengan kita sebagai hamba ada sifat Allah disana yang tidak kalah pentingnya dalam kaitannya dengan kata Al Ikhlas yaitu sifat Ash Shomad

Ash Shomad itu dalam Al Quran versi Indonesia. Allohush-shomad  sebagai Allah tempat meminta segala sesuatu. Tapi teman-teman cari di akar kata bahasa Arab ttg ash Shomad ada beberapa arti. Mengartikan Ash Shomad sebagai tempat meminta segala sesuatu adalah yang mudah dipahami okeh akal pikir manusia. Tapi dari nilai rasa hakiki sebenarnya berbeda. Versi Bahasa Inggris penjelasan tentang Ash Shomad bisa dilihat di artikel saya yang lain yang berjudul 'An Insight to Eternity'. 

Pemahaman tentang Ash Shomad itu mestinya bisa dikenali kalau kita masuk mendalam ketika mengerjakan dzikr sirri. Dan artinya lebih mendekati pada kata Keabadian tapi bukan sifat Al Baqa'

Kata Ash Shomad diterjemahkan dalam al Quran versi bahasa Inggris diterjemahkan sebagai eternal 'Abadi' sedangkan dalam Al Quran versi bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai 'tempat tergantung' secara harfiah berarti sesuatu yang bisa diandalkan. Jika dibandingkan keduanya, mereka tidak terkait, bukan? Dan bahkan jika kita berasumsi bahwa ash-shomad memiliki makna kekal dan membalikkannya kembali ke bahasa arab, kita kemudian akan memiliki dua kata, yaitu al-baqi' dan ash-shomad yang keduanya adalah sifat Allah.

Bahkan untuk menerjemahkan kata tersebut dalam versi terjemahan bahasa Indonesia sebagai tempat bergantung tidaklah cukup benar. Karena dengan segera pikiran kita akan membayangkan bahwa sebagai Ash-Shomad Allah adalah satu-satunya tempat kita menggantungkan harapan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan kita. Jika kita butuh perlindungan, Dia akan memberikannya. Jika kita membutuhkan makanan, Dia akan menyediakannya (seperti kisah untuk menggambarkan sifat ini yang dihubungkan dengan Yesus dan murid-muridnya). Tapi itu tidak benar juga. Karena atribut yang tepat untuk itu adalah Dia adalah Penyedia Semua (Ar Razzak).

Ketika saya mencari interpretasi yang diberikan pada kata ash-shomad dalam ayat ke-2 berdasarkan bahasa aslinya, saya menemukan empat interpretasi yang diberikan seperti yang dikemukakan oleh Ibnul Jauziy dalam sebuah buku Zaadul Masiir. Pertama adalah bahwa Allah As-Sayid (Pemimpin) yang bergantung pada semua makhluk dalam memenuhi keinginan mereka mengikuti firman Ali bin Abi Tholhah dan 'Ikrimah terkait dengan Ibnu Abbas RA. Kedua adalah bahwa Allah tidak memiliki perut mengikuti interpretasi Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Sa'id bin Al Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, 'Ikrimah, Sa'id bin Jubair,' Atho 'bin Abi Robbah, 'Athiyyah Al' Awfiy, Adh Dhohak dan As Sudi. Ketiga adalah bahwa Allah adalah Yang Abadi. Keempat adalah bahwa Allah selalu abadi karena semua makhluk adalah makhluk fana yang berkaitan dengan penafsiran yang diberikan oleh Al Hasan dan Qotadah. Interpretasi lebih lanjut seperti yang disebutkan bisa dibaca di http://rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/2954-memahami-surat-al-ikhlas-sepertiga-al-quran.html

Saat saya membaca penjelasan tentang Abadi dan Keabadian di wikipedia (http://en.m.wikipedia.org/wiki/Eternity#God_and_eternity) Saya jadi heran dan bertanya bagaimana mungkin kita tidak yakin tentang yang hal sebenarnya dari kata tersebut. Maksud saya secara logis seharusnya tidak ada kata-kata yang ada dalam sejarah umat manusia, tanpa kita ketahui keadaan sebenarnya.

Saya bisa mengerti kemungkinan kepunahan bahasa karena orang tidak lagi menggunakannya. Tapi kepunahan bahasa tidak berarti bahwa orang tidak bisa lagi berkomunikasi untuk mengekspresikan sesuatu. Kita masih bisa berkomunikasi menggunakan bahasa lain yang biasa digunakan. Orang terus berevolusi dalam penggunaan bahasa, karena mereka perlu berkomunikasi.

Tapi ketika isi komunikasi mereka menyempit menjadi kata-kata biasa/sehari-hari, pilihan kata untuk diingat dan dipahami semakin terbatas. Beberapa kata yang mereka tidak benar-benar pahami keadaan sebenarnya, hanya bisa dipahami maknanya tapi bukan kenyataannya.

Inilah situasi umum yang telah membuat nabi agung Muhammad SAW membuat nubuatnya yang mengatakan bahwa "akan tiba saatnya Kitab Suci tinggal kata-kata tanpa makna" karena esensi sejati mereka telah hilang dari hati pembacanya. Dan saya pikir ucapan tersebut sedikit banyak telah terjadi pada kata keabadian karena sedikitnya manusia dalam mengetahui realita kata tersebut.

Bisakah kita tetap mengerti arti sebenarnya di tengah perubahan yang berlangsung begitu cepat dalam hidup kita? Saya pikir masih ada kemungkinan untuk itu. Seperti Allah telah mengajarkan anak-anak Adam kata-kata di alam ruh [QS 2:31], kita semua memiliki potensi untuk memahaminya. Seluruh pengetahuan yang diajarkan terpelihara di dalam anak-anak Adam. Dalam kebesaranNya wadah itu dibuat sedemikian rupa sehingga kita dapat membandingkannya dengan potensi pohon raksasa yang tersimpan dan terpelihara dalam benih yang sangat kecil. Dengan rahmat Allah, maka terserah kita untuk mengeksplorasi dan memberi kesempatan pada benih kita untuk mewujudkan kebesarannya.

Bagaimana kita bisa memahami dan mengenali keadaan sejati dari kekekalan? Tentunya dengan menggunakan fakultas yang diberikan kepada kita. Bisakah kita menggunakan pikiran kita untuk memahami keadaan sebenarnya? 

Inilah kasus yang unik. Ada kata-kata yang diturunkan dari pengetahuan pikiran dan ada kata-kata yang berasal dari pengetahuan hati. Dan kata seperti kekal atau kekekalan berasal dari pengetahuan hati. Jadi untuk memahaminya kita perlu menggunakan hati kita untuk mengenali realitanya.


Mengalami Keabadian

Dari sudut pandang filosofis yang diberikan pada kata Keabadian, ada dua kemungkinan atas tafsiran itu. Satu, bahwa hal itu diberikan berdasarkan gagasan pikiran dan dua, hal itu diberikan berdasarkan pengalaman nyata dari hati. Yang didasarkan pada gagasan pikiran tentu memiliki berbagai penjelasan untuk mendukungnya, seperti yang digunakan dalam wikipedia. Bagaimana saya bisa mengetahuinya? Dari ketidakpastian jawabannya.

Hal ini karena pikiran tidak pernah mengerti atau mengetahui konsep kekal atau kekekalan. Semua sumber pengetahuannya didasarkan pada sesuatu yang tidak abadi yaitu dunia dan isinya yang terus berubah. Apa pun yang bisa dilihat mata atau bisa didengar telinga ini atau bisa tercium hidung ini atau bisa disentuh badan ini adalah selalu berubah. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Jadi pikiran membuat kesimpulan mereka sendiri bahwa tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Tapi perubahan yang bagaimana abadi itu? Pikiran tidak bisa menjelaskannya lebih jauh.

Bila sudut pandang diberikan dari pengalaman hati maka pernyataan yang diberikan jelas dan sederhana. Karena pengertian itu berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. Dan karena anak-anak Adam telah diajarkan kata-kata itu dan realitanya, kita semua harusnya mengerti kata abadi dan realitanya. Namun tidak semua mengerti realita itu.

Jika benar-benar orang memahami realitas yang abadi baik kita menuliskannya dalam huruf besar atau kecil, mereka tidak akan mengalami semua kegalauan dengan pasang surut yang terjadi dalam kehidupan mereka. Kecuali mereka berharap naik turunnya hidup mereka itu kekal. Tapi itu tentu akan sangat menyakitkan dan seperti dalam neraka, karena itu bertentangan dengan sifat sejati manusia.

Orang-orang yang memperturutkan nafsu syahwatnya mengatakan bahwa pengalaman orgasme seperti kekekalan itu sendiri. Untuk, ini saya tidak punya kata2 karena saya tidak punya pengalaman untuk memvalidasi pendapat mereka. Tapi kalau pengalaman kekekalan hanya bisa dicapai melalui hubungan seksual tanpa dasar yang benar, saya takut tindakan sanggama tidak akan memberi kenaikan spiritual, hanya berhenti pada pemenuhan syahwat dan biologis, tidak lebih baik dari hewan dalam melepaskan kebutuhan biologis mereka. 

Dan beberapa orang yang hidup ekstrem seperti yogi mengatakan bahwa untuk mengalami keabadian kita perlu meninggalkan dunia ini dan terserap dalam kesatuan dengan kekuatan universal yang menciptakan dunia. Saya akan mengatakan bahwa itu akan seperti menyia-nyiakan dan tanda kebodohan. Karena dunia ini diciptakan untuk umat manusia dan untuk melayani umat manusia. Saya lebih memilih untuk mengikuti jalan tengah mengikuti teladan terbaik nabi Muhammad SAW.

Untuk mengalami keabadian menurut saya harus diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ruhani. Tidak hanya dalam hal mengenal Sifat Sejati kita tapi yang terpenting adalah mengenal Sang Pencipta kita. Karena di dalamnya kita kemudian akan diajar untuk menggunakan pengetahuan itu untuk menjalani hidup kita dengan kekal.


Hidup Abadi

Sejak jaman dahulu kala, orang-orang berharap bisa hidup selamanya. Mumi adalah bukti akan harapan itu, dari peradaban Maya sampai Firaun sampai peradaban Cina. Keinginan hidup kekal itu, karena bertemu dengan akhirnya berupa kematian, kemudian diwujudkan dalam bentuk mumi.
Hal ini kemudian membawa kita untuk mempertanyakan apakah kehidupan kekal memang ada bagi manusia? seperti apa adanya ia?

Dan saya kira tidak ada yang lebih baik untuk menjawab pertanyaan itu Selain Dia Yang Maha Abadi, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan apa yang Dia katakan tentang hidup yang kekal?

Dalam membela hak hidup damai di jalan Allah, banyak syuhada telah meninggal dan memikirkan tentang kematian mereka, tentang bagaimana mereka setelah kematian itu telah pula dijawab. Allah berfirman "Dan jangan katakan tentang orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, bahwa mereka telah mati. "Sebaliknya, mereka hidup, tapi kamu tidak melihatnya." [QS 2: 154]

Jadi hidup yang kekal bukanlah tentang hidup di dunia fisik yang mengalami banyak perubahan ini. Maksud saya, saya tidak dapat membayangkan bahwa saya akan bertahan pada usia katakan 200 tahun di mana tubuh fisik saya semakin lemah dan lemah saat usia memakan tubuh saya. Pada saat itu saya tahu saya lebih baik mati daripada menjadi beban keluarga atau orang lain.


Orang Suci bagi Umat Islam dan Hindu
Kabir (seorang Sufi dari India) mengungkapkan pengalamannya akan keabadian:
    Antara kutub sadar dan tak sadar,
    Ada pikiran membuat ayunan:
    Di sana menggantung semua makhluk dan seluruh dunia, 
      dan ayunan itu tidak pernah berhenti bergoyang.

    Jutaan makhluk ada di sana: matahari dan bulan di tempat edarnya ada di sana* 
    Jutaan masa berlalu, dan ayunan terus berlanjut.
    Semua berayun! 
    Langit dan bumi dan udara dan air; 
    Dan Tuhan bertajalli:
    Dan penglihatan ini telah membuat KabĂ®r menjadi pelayan (hamba).

(terjemahannya yang ini kurang pas rasanya

Jadi hidup yang kekal adalah tentang membangunkan keadaan kekekalan sejati di dalam diri kita selagi hidup dalam kehidupan ini. Begitu terbangun, yang fana akan terpengaruh dan secara alami akan mencoba untuk melekatkan diri (perhatikan judul surat pertama yang diturunkan adalah al Alaq - yang melekat) pada Yang Abadi. Dan begitu melekat pada Abadi, keadaannya berbeda. Di sinilah kita kemudian bisa mengerti mengapa Ibn Mubarak RA memberikan interpretasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan juga ibn Abbas RA. Penafsiran mereka didasarkan pada efek setelah memberi kesaksian tentang Abadi. Karena arti sebenarnya Allohush shomad adalah itu.

Selasa, 03 Oktober 2017

Menjadikan Hati jadi Raja

Dalam forum diskusi tasawuf, Ada teman yang bertanya tentang cara menjadikan hati menjadi Raja. Saya terusik untuk memberikan jawaban menurut apa yang saya pahami dan lakukan.

Maka inilah yang saya sampaikan: