Minggu, 26 Agustus 2012

Orshid dan Kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam Perspektif Idul Fitri

Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar. 
Laa ilaaha illalloh Allohu Akbar
Allohu Akbar walillahil hamdu


Seiring dengan kumandang takbir menyambut datangnya Idul Fitri, sebuah pencerahan datang menghampiri. Tiada kalimat yang patut dikumandangkan selain kalimat keagungan tersebut. Kalimat yang mengagungkan mensucikan Allah sekaligus mensyukuri nikmat yang terlimpah curah di hari kesucian ini.

Idul Fitri kali ini sungguh istimewa bagi saya pribadi. Karena dengan bersandar pada kalimat agung dan suci tersebut, saya sebagai warga Shiddiqiyyah, sebagai pengurus Organisasi Shiddiqiyyah dan sebagai bangsa Indonesia telah diajarkan untuk melaksanakan kalimat agung dan suci tersebut dalam gerak hidup kita.

Bagaimana tidak, setelah sebulan menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang di dalamnya kita diajar tidak hanya sekedar menjalankan ritual menahan diri di waktu siang dari hal-hal yang membatalkan, kita juga diberi kesempatan untuk mengambil mutiara-mutiara ruhani agar kita bisa meningkatkan kualitas ketaqwaan kita di sisi Allah SWT.

Demikian pula ketika saya diajak untuk memahami kembali misi ORSHID, saya melihat kesesuaian misi ORSHID dengan kalimat agung dan suci tersebut.

Adalah misi yang pertama "memayungi kegiatan warga Shiddiqiyyah". Bagaimana ORSHID akan mampu melaksanakan misi tersebut apabila tidak bersandar pada kebesaran Allah. Maka sudah sepantasnya kalimat suci itu dikumandangkan dalam batin setiap pengurusnya. Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar.

Sedangkan misi kedua "Menjunjung tinggi sifat hati yang terpuji dan menghapus sifat hati yang tercela dan tamak" hanya dapat dilakukan ketika para pengurusnya bersandar pada kalimat suci yang berikutnya dengan menyadari Allah sajalah yang memampukan kita untuk bisa mencapai dan meujudkan misi organisasi tersebut. Kalimat yang kedua itu adalah Laa ilaaha illalloh Allohu Akbar.

Adapun misi Organisasi Shiddiqiyyah yang ketiga yaitu "mensejahterakan warga Shiddiqiyyah" merupakan bentuk syukur kita kepada Allah SWT dan pujian kita kepadaNya atas nikmat yang kita terima. Dan itu adalah cerminan dari kalimat pujian Allohu Akbar walillahil hamdu. Bahwa upaya mensejahterakan warga bukan disebabkan karena kami mampu, tapi karena kami ingin mengungkapkan syukur kami kepada Allah SWT. Dan hanya Allah SWT sajalah yang memberi kami kemampuan agar bisa bersyukur.

Sungguh bijaksana para penyusun muqoddimah Anggaran Dasar Organisasi Shiddiqiyyah yang dalam merumuskannya senantiasa dalam bimbingan Bpk Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah.


Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar.
Laa ilaaha illalloh Allohu Akbar
Allohu Akbar walillahil hamdu


Demikian pula apabila kita refleksikan kalimat mulia tersebut pada perjuangan bangsa Indonesia. Bahwa pada tahun ini kita merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia pada bulan suci Ramadhan, mengingatkan kita pada saat-saat kemerdekaan bangsa Indonesia 67 tahun yang lalu yang juga terjadi di bulan Ramadhan. Dan setelah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia, para founding father Negara Kesatuan Republik Indonesia menetapkan UUD 1945 dengan Muqoddimah nya yang mulia. Apa yang termuat dalam Muqoddimah UUD 1945 juga mencerminkan pengagungan, pensucian dan upaya syukur pada pendiri negara ini dalam menerima nikmat kemerdekaan.

Pernyataan kemerdekaan yang disandarkan pada berkat dan rohmat Allah SWT adalah wujud pengagungan kepadaNya. Meletakkan dasar negara di atas Kethuhanan Yang Maha Esa adalah wujud pensucian kepadaNya. Dan tujuan negara yang tercantum dalam alenia ke-4 adalah wujud upaya mensyukuri kemerdekaan yang telah diberikanNya kepada bangsa Indonesia.

Maka sudah semestinya apa yang ditetapkan Allah untuk tidak diubah-ubah. Sudah semestinya upaya pengagungan pensucian dan pernyataan syukur itu kita wujudkan dalam diri kita sebagai warga Shiddiqiyyah sekaligus sebagai bangsa Indonesia. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan pertolongan dan keridhoanNya kepada kita semua.


Selamat merayakan hari kemenangan.

Taqobbalallohu minna wa minkum
Taqobbal Yaa Kariim.
















Kemenangan

Jika harapan tak mewujud,
Itu adalah dalam kebijaksanaan-Mu.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
Kemenangan yang nyata,
Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap
dosamu yang telah lalu dan yang akan datang
serta menyempurnakan nikmatNya atasmu dan
memimpin kamu kepada jalan yang lurus,
Dan supaya Allah menolongmu
dengan pertolongan yang kuat (banyak) 

~ QS Al Fath (48) 1 - 3 ~
Sebagaimana kemenangan orang berpuasa,
Ada pada saat berbuka.

Berbuka di dunia,
Hanya sepanjang malam berkenan.
Berbuka di akhirat,
Sepanjang keabadian mengijinkan.

Dan Engkau pilihkan bagiku akhirat,
Dalam syukur atas nikmat yang Engkau beri.
Dalam sabar atas kebebasan bersyarat.
Adalah Engkau Maha mensyukuri.

Ketika puasa adalah untuk-Mu,
Kau beri hakikat akan-Mu,
Kau tolak segala sekutu atas-Mu,
Dan sangatlah pencemburu Diri-Mu.

Kemenangan bagiku,
Atas sabar dan syukur limpahan-Mu.
Kemenangan bagiku,
Atas iman dan ilmu karunia-Mu.

Atas hari ini Tuhanku,
Segala puji hanya bagi-Mu.


1 Syawal 1433H