Selasa, 03 Oktober 2017

Menjadikan Hati jadi Raja

Dalam forum diskusi tasawuf, Ada teman yang bertanya tentang cara menjadikan hati menjadi Raja. Saya terusik untuk memberikan jawaban menurut apa yang saya pahami dan lakukan.

Maka inilah yang saya sampaikan:


Menuju Hati menjadi Raja

Ketika sesuatu itu diberikan pada manusia dan pemberian itu tidak segera dipakai, maka lama kelamaan ia akan memudar, rusak atau kadaluarsa.

Begitu pula hati. Ketika dihadapkan pada urusan hidup, kita lebih banyak menggunakan akal kita yang berpikir untung rugi dari aspek duniawi yang telah dipelajarinya selama ini, maka lama kelamaan kita akan lebih mengandalkan akal kita dan hati menjadi yang nomor berikutnya.

Apa yang kita pelajari dari permainan ini?
Menjadi raja artinya menjadi penguasa atas diri kita, gerak tubuh dan akal dikuasai oleh raja. Ketika akal yang berkuasa, maka akal yang menjadi raja. Segala sesuatu diukur dan ditimbang oleh akal. Sedang kita tahu akal punya keterbatasan dan akal itu seperti belut yang licin dan bunglon yang mudah berubah-ubah.

1. Keinginan untuk menjadikan hati sebagai raja, butuh dukungan dari rakyat (seluruh anggota tubuh). Kesadaran untuk menjadikan hati sbg raja harus diikuti oleh kemauan untuk mengenali hati dan sifat-sifatnya. Tanpa pengenalan, kita bisa salah tunjuk, dikira hati ternyata adalah hawa /ego.

2. Yang tak kalah penting bersama diangkatnya hati menjadi raja, adalah akal perlu diangkat sebagai perdana menteri, sebagai penggerak anggota tubuh untuk memenuhi keinginan raja. Akal bisa saja memberi saran kepada raja terkait hal-hal yang diterimanya dari luar melalui panca indera. Namun, ketika hati yang berkuasa, keputusan untuk mengambil tindakan adalah atas petunjuk hati (Ilahi). Apalagi dalam situasi yang penuh kekacauan, informasi dari luar bisa beragam dan penuh warna yang keaslian dan kebenarannya tidak bisa dipastikan. Maka raja perlu membuat keputusan sendiri berdasarkan nilai-nilai Kebenaran yang dibimbing oleh petunjuk Ilahi, yang bisa jadi bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh perdana menteri.

3. Jika sudah mengenal dan menjadikan hati dan menjadikan akal sebagai perdana menteri, selanjutnya adalah mendorong anggota tubuh untuk patuh pada hati. Anggota tubuh dan akal yang tunduk pada raja kita kenal dengan istilah khusyu'.

Saya beri angka 1, 2, 3 itu untuk menunjukkan urutan proses merujuk pada dawuh Syeikh Muchtarullah Al Mujtaba, Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah tentang kunci sukses yaitu: 
1. Ada kemauan
2. Rasa kemampuan
3. Tenaga kemampuan

Lebih jauh tentang menjadikan hati sbg raja bisa dibaca di buku karya Ibnu Arobi judulnya Mengungkap Tadbir Ilahi.


Antara Hati dan Akal

Akal pikir bisa saja membelokkan hati. Hal ini akan terjadi jika hati jarang digunakan. Sehingga akal akan lebih dominan daripada hati. Kita mengenal paham materialisme. Paham ini muncul karena akal tidak diimbangi dengan hati yang lebih mengenal fitrah manusia.

Dalam ilmu tasawuf ada istilah khotir atau bisikan hati yang dibedakan menjadi 4 macam khotir bersasarkan asal bisikannya. Ciri-ciri dari masing2 khotir akan membantu kita untuk membedakan darimana asal bisikan yang mempengaruhi hati tersebut. 

Dengarkan suara keheningan

Dalam Al Quran disebutkan 'wa nahan nafsa anil hawa'.. Adalah proses pemisahan nafs dari hawa. Karena hawa pasti mengajak pada keburukan.

Ada hal yang perlu diperhatikan tekait dengan pengamalan Islam dan paham materialisme terutama bagi pengamal tasawuf. Yaitu pemahaman mereka yang menumpukan diri pada syariat saja. Mereka akan cenderung membawa Islam ke arah paham materialisme. Seperti beberapa waktu lalu di TV ada ustadz yang menggambarkan kenikmatan surga sbg pesta seks. Hal-hal seperti ini, jika tidak diwaspadai tentu akan membuat Islam menjadi seperti pohon besar tanpa ruh kehidupan.

Karena itulah maa-ul hayat itu aspek yang sangat penting bagi para pengamal tasawuf.


Pekerjaan Hati

Sebagai raja pekerjaan hati adalah sebagai pemimpin. Kalau dalam ilmu manajemen ada tipe2 pemimpin. Mereka dibedakan berdasarkan sikap kepemimpinan yang dilakukannya dan bagaimana respon diberikan oleh orang2 yang mengikutinya.

Dalam kitab Tao Te Ching pasal 17 disebutkan begini:

     Ketika Master/Mursyid memimpin, 
         orang2 hampir tak sadar bahwa dialah yang menjadi pemimpin. 
     Pemimpin yang terbaik berikutnya adalah pemimpin yang dicintai oleh mereka yang dipimpin.
    Yang terbaik berikutnya adalah yang ditakuti
    Dan yang terburuk adalah yang dibenci. 

    Jika Anda tidak percaya pada orang-orang,
    Anda membuat mereka jadi tak dapat dipercaya. 

     Master/Mursyid tidak berbicara, dia bertindak. 
     Manakala pekerjaannya terselesaikan,
     Orang-orang berkata 'Menakjubkan: 
         Kita berhasil melakukannya. Kita bisa melakukannya sendiri.'

Tak jauh beda dengan hati kita. Ia bertindak sebagaimana orang itu bertindak. Hati juga berpikir dan bertindak sebagaimana akal berpikir dan anggota tubuh bergerak. Bedanya pekerjaan hati itu seperti tidak terdeteksi karena sifatnya batiniah, sedang kita lebih familiar dengan gerak akal dan anggota tubuh kita.

Karja bayangan adalah jalan bagi Tentara Hati

Yang membedakan adalah ketika hati yang dibimbimlng oleh petunjuk Ilahi bertindak dan akal dan hati mengikuti dengan sukarela, artinya telah terjadi harmonisasi pada diri manusia itu. Ini yang disebut nafs muthmainnah.

Namun ketika masih ada ketidaksukaan, keluh kesah, pertentangan dan kegalauan (menunjukkam akal belum tunduk pada hati) pada pada dasarnya hati masih belum sepenuhnya merajai. Ini yang disebut nafs lawwamah.

Dan ketikan akal dan anggota tubuh menolak mengikuti perintah hati, maka terjadilah pemberontakan. Ini yang disebut nafs ammarah.

Ketika manusia itu merasa dalam harmonisasi antara hati, akal dan anggota tubuh nya sedang ia tidak dalam petunjuk Ilahi, itu sebenarnya tanda-tanda dia sedang menikmati nerakanya. Sebagaimana disebutkan dalam Quran salah satu bahan neraka adalah jin dan manusia. Karena hatinya sudah menjadi batu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar