Jumat, 15 Agustus 2025

Antara rela dan iri

Kemarin pergolakan rasa itu akhirnya terungkapkan. Antara upaya rela atas ketentuan Allah pada diriku bahwa secara ilmiah aku tidak bisa punya anak karena sudah masuk masa menopause dengan keinginan untuk bisa merasakan dan mengalami proses menjadi seorang ibu sejak kehamilan sampai mendidik anak. Dipicu dengan kelahiran anak kedua dari adik suami. Aku menjaga hatiku dan pikiranku agar jangan sampai dihinggapi rasa iri di tengah kebahagiaan keluarga menyambut kedatangan anggota keluarga baru. Yang muncul dari pergolakan rasa hati dan pikiran itu diterima suami sebagai sikap dingin (cool) dan berjarak (detach). 

Sedih? Iya, tapi mau bagaimana lagi. Beginilah mekanisme yang biasa terjadi pada diriku ketika orang memandang dan menyimpulkan salah atas sikapku. 

Apakah aku tidak suka anak-anak? Begitulah suamiku menyimpulkan dari sikapku. Padahal faktanya dari dulu aku menyiapkan diri jika diberi anugerah paling tidak bekal teori sdh tersedia. Tapi Allah berkata lain. Maka yang teori hanya berhenti sebatas teori. Rasa yang menjadi dasar dari pilihan sikapku adalah move on, terus menjalani hidup, dan mungkin ini disimpulkan sebagai tidak suka anak-anak. 

Dalam kesedihan aku berdoa semoga Allah memberiku banyak alasan untuk tetap mensyukuri nikmat-nikmatNya yang lain dan kemudian rela hati atas apa yang Dia tolak dari diriku. Salah satunya adalah mungkin dengan begini aku punya cukup waktu untuk menjalankan tanggung jawab yang ada di pundakku saat ini, mulai dari keluarga yang sudah ada saat ini, pekerjaan dan organisasi sosial. Aku bisa membayangkan betapa capeknya bangun di malam hari karena tangisan bayi sementara pagi masih harus menjalani tanggung jawab itu. Ditambah lagi saat ini aku masih punya penyakit pencernaan yang sedang tahap penyembuhan. Aku juga belum bisa menjadi ibu yang baik bagi 2 anak remaja dari suami. 

Lepas dari rasa terhina yang aku rasakan karena dianggap tidak punya jiwa keibuan maupun rasa kasih, aku akan terus berupaya mewujudkan kemanfaatan diri ini, sekalipun mungkin juga akan dianggap sebagai pencitraan dan tidak tulus. 

Allohummardhina war dho-anna....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar