Jumat, 29 Agustus 2014

Hakikat Pengajaran

Belakangan ini pelajaranNya adalah tentang pengajaran. Paling tidak itulah kesimpulan saya membaca keping-keping pengalaman yang terangkai dalam dua minggu terakhir. Saya ingin menuliskan ini saat menonton kisah Mahadewa yamg berlatar belakang cerita yang berkembang di agama Hindu. Film itu sedang diputar di ANTV sejak beberapa waktu yang lalu dan sampai kini serialnya masih berlanjut.





Landasan Berpikir

Dan sebelum orang membuat penilaiannya dan menganggap saya mencampur-adukkan agama dan keyakinan, saya perlu jelaskan landasan keyakinan dan pemikiran saya terkait Siwa dan keberadaan dewa-dewa dalam agama Hindu. Karena bagi kebanyakan orang termasuk kebanyakan umat Hindu, mereka beranggapan bahwa Siwa adalah Tuhan. Dan di Hindu ada istilah Trimurti yaitu kesatuan dari Siwa, Brahma dan Wisnu yang masing-masing punya tugas yang berbeda.

Bagi saya Siwa adalah tajassudil ma'na (personifikasi maksud) dari Sifat Allah yang dikenal dengan Asmaul Husna. Akan lebih mudah untuk memahami keberadaan mereka dalam konteks waliyulloh sesuai tugas yang diembannya. Sedangkan Allah adalah nama Dzat-Nya merupakan Tuhan seru sekalian alam. Dan itu sudah cukup bagi saya untuk mengambil pelajaran-Nya kali ini.

Pernahkah terpikir bahwa mereka adalah waliyullah?

Kisah Siwa dan Parwati

Dikisahkan bahwa sebelum bertemu Parwati, Siwa telah menikah terlebih dahulu dengan Sati, Putri Daksa yang memutuskan mengakhiri hidupnya untuk melepas ego manusianya daripada harus terus menerus berseberangan dengan ayahnya Prajapati Daksa yang membenci Siwa, sedang dia sendiri merasa belum bisa memahami keberadaan Siwa sebagai dewa. Setelah kematian Sati, Siwa sangat marah dan berduka, sampai akhirnya menemukan kesadarannya kembali setelah jiwa Sati memberitahu dia akan kembali. Sambil menunggu masa reinkarnasi Sati, Siwa bermeditasi.

Masa berlalu sampai akhirnya lahirlah Parwati. Sejak kecil dia secara naluri seperti sudah mengenal Siwa. Dia kemudian diberitahu oleh para pendeta yang tinggal dekat tempat tinggalnya bahwa dia adalah titisan Sati, istri Siwa. Maka begitulah, dia mengidentifikasi dirinya. Sampai ketika dia sudah besar, dia menuju ke Kailash untuk bertemu Siwa. Siwa yang masih terus meditasi tidak menyadari kehadirannya. Dan dewa-dewa lainnya berusaha untuk membangunkan Siwa. Namun sayang, saat terbangun dari meditasinya, Siwa justru menolak Parwati.

Pertemuan Siwa dan Parwati memberi Ganesha

Mengetahui hal itu, Parwati terus berusaha mencari cara agar Siwa mau menerimanya. Dan dengan cara yang dia terima melalui Narada (utusan Brahma) dan Nandi (pelayan Siwa) dia menjalankan bhakta. Dan dia menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan untuk membuktikan kesungguhan niatnya dan Siwa benar-benar mau menerimanya sebagai istri. Saat melihat beratnya cobaan yang dihadapi oleh Parwati, Narada menghadap agar Siwa dan berusaha merayu Siwa agar segera menerima Parwati. Dan disinilah munculnya kalimat Narada yang menginspirasi tulisan ini.

Narada mengatakan ada dua jenis cobaan yang dialami orang. Cobaan dari musuh dan cobaan dari guru. Cobaan dari musuh adalah untuk menjatuhkan.  Semakin lama dibuat semakin sulit agar orang itu gagal. Sedangkan cobaan dari guru adalah untuk peningkatan kualitas. Agar orang itu lulus dan meningkat menjadi lebih baik, sehingga dalam menjalani cobaan itu kita dibimbing agar bisa lulus dan kalau gagal kita akan diberi kesempatan lagi lain waktu. Dan Narada meminta agar Siwa menjadi Guru bagi Parwati bukan sebagai musuh.

Guru dan Masalahnya

Apakah guru? Selama ini pemahaman kita tentang guru adalah mereka yang mengajar kita di sekolah. Dan kita temui beragam jenis guru. Menurut subyek yang mereka ajarkan ada guru agama, guru matematika, guru fisika, guru olahraga dan sebagainya. Dari perilaku yang mereka tunjukkan ada guru yang baik ada guru yang jahat. Menurut tingkatan institusi ada guru playgroup, guru TK, guru SMP, guru SMA dan guru universitas yang disebut dosen. Menurut formalitasnya ada guru negeri, guru swasta, guru les, pelatih, mentor, pembina dan lain sebagainya. 

Tapi sebesar apakah makna guru? Dan pahamkah para guru tentang makna tugas yang mereka emban?


Karena saat ini orang banyak berpikir tentang aspek ekonomi tentang mahalnya biaya pendidikan dan minimnya kesejahteraan guru. Lalu kualitas pendidikan menjadi pertanyaan berikutnya, khususnya bagi orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya. Mereka berharap dengan biaya yang mereka keluarkan, anak-anak mereka bisa menjadi 'orang' yang berkedudukan dan bisa mendapatkan gaji yang besar agar sebanding dengan banyaknya biaya yamg telah mereka keluarkan.

Dan ini mengingatkan saya pada bagian lain dari kisah Mahadewa yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal melihat kelucuan dan absurditas skenario yang mewakili gambaran umum tentang perbedaan orang dalam menerima ilmu. Dan skenario terjadi saat Raja Himawan (ayah Parwati) mengundang para dewa, brahmana dan penduduk Kailash untuk berbincang dengan Siwa yang telah menjadi menantunya.

Distorsi Ilmu dan Amal

Sebelum itu para dewa yang dipimpin oleh Indra sedang berdebat dengan penduduk Kailash yang pakaiannya tidak berkelas dan terlihat bodoh. Penduduk Kailash dilambangkan sebagai binatang beruwujud sapi dan Nandi adalah pemimpin mereka yang juga pelayan setia Siwa. Tak lama kemudian datanglah para brahmana di tengah perdebatan itu. Sebelum sempat berdebat panjang, mereka diundang oleh Raja Himawan untuk berbincang dengan Siwa yang telah menjadi menantunya.

Siwa menyaksikan perbincangan itu dengan tersenyum. Dia kemudian memberi kesempatan pada kelompok brahmana untuk mengajukan pertanyaan kepada kelompok dewa dan kepada kelompok penduduk Kailash. Para brahmana merupakan kelompok terpelajar yang telah mempelajari kitab Vedanta dan menjadi panutan masyarakat di Himalaya tempat tinggal raja Himawan. Para dewa merasa yakin bahwa sebagai dewa mereka tentu bisa menjawab pertanyaan para brahmana. Sedang penduduk Kailash gelisah karena mereka merasa tidak tahu apa-apa dan tidak pernah belajar tentang Vedanta.

Dan brahmana itu memberi pertanyaannya "Berapa jumlah wanita di wilayah itu?" Saat pertanyaan itu diajukan kepada para dewa, mereka bingung, tidak bisa menjawab. Dan mereka diam dalam kebingungannya. Sementara saat diajukan kepada penduduk Kailash, mereka sebenarnya juga bingung. Namun karena didorong oleh Siwa untuk menjawab salah seorang dari mereka - meski dengan ekspresi bingung dan takut salah, akhirnya menjawab 19.000. Lalu ditanya bagaimana bisa? Kalau ternyata lebih bagaimana? Mereka jawab dengan tertawa bahwa itu karena ada wanita yang baru pulang dari luar wilayah. Dan saat ditanya kalau ternyata kurang? Mereka jawab bahwa itu karena ada wanita yang sedang bertamu ke tempat lain.


Merasa tidak puas dengan jawaban itu, kelompok brahmana itu kemudian mengajukan pertanyaan lagi. Kali ini pertanyaan diajukan kepada Nandi, pelayan Siwa. Hanya saja mereka harus menggunakan isyarat dalam memberikan pertanyaan dan jawaban.

Wakil kelompok Brahmana mengajukan pertanyaan dengan cara memutar tangannya di udara setalah itu menunjukkan telunjuknya. Yang kemudian pertanyaan itu dijawab Nandi dengan menunjukkan jari tengah dan telunjuknya. Brahmana itu tidak puas dengan jawaban itu, lalu mengajukan lagi pertanyaan dengan menunjukkan tiga jarinya. Dan Nandi menjawab dengan menunjukkan empat jarinya. Brahmana itu tetap tidak puas dan mengajukan lagi pertanyaan dengan menunjukkan lima jarinya. Sampai disini akhirnya Nandi menjawab dengan menyorongkan kepalanya seperti akan menanduk sebagai jawabannya.

Ketika ditanya apa maksud pertanyaan dan jawaban masing-masing ternyata ada perbedaan penerimaan antara yang bertanya dan yang memberi jawaban. Karena Brahmana itu bertanya tentang persatuan unsur-unsur yang ada di alam semesta. Sedang Nandi berpikir bahwa jika Brahmana itu akan memukulnya sekali dia akan memukulnya dua kali, tiga kali dan akan menanduknya jika sampai lima kali memukulnya.

Dan saya hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal mengikuti adegan itu. Sampai kebijaksanaan Siwa menengahi semua perbedaan itu dan berjanji untuk memberikan pelajaran tafsir Vedanta kepada para brahmana.

Bagi saya pertanyaan pertama mengajarkan pada kita tentang perbedaan antara yang Absolut / Mutlak dan yang relatif. Pertanyaan kedua mengajarkan tentang pentingnya kesamaan pemahaman. Dan janji Siwa memberikan tafsir Vedanta adalah kebijaksanaan dalam memahami dan menerapkan Ilmu Ketuhanan.

Makna Guru

Jadi apakah makna guru? Guru sebenarnya berasal dari bahasa Sanksekerta. Dalam salah satu pengajarannya tentang Self Knowledge Mr. Prem Rawat menyebutkan bahwa guru sebenarnya adalah gabungan dari dua kata sanksekerta yaitu Gu yang artinya gelap dan Ru yang artinya terang. Jadi Guru artinya adalah seseorang yang membawa orang keluar dari kegelapan menuju terang / cahaya.

Penjelasan lain tentang arti guru dapat dilihat disini.

Alangkah mendalam dan mulianya tugas seorang guru! Karena sebenarnya mereka dengan tugas yang mereka emban itu merupakan sejatinya wakil Tuhan di muka bumi (khalifah fil ardli). Karena perhatikanlah firmanNya yang menyebutkan Allah Cahaya Langit dan Bumi (QS An-Nūr:35) dan bahwa Allah mengeluarkan mereka (manusia) dari kegelapan  kepada cahaya (QS Al-Baqarah:257)

Namun adakah para guru menyadari hal ini? Adakah para pengambil keputusan yang menyangkut kesejahteraan para guru dan standarisasi kualitas cara pengajaran di lembaga legislatif dan eksekutif negara memperhatikan dan menimbang hal tersebut dalam keputusan yang mereka ambil?

Makna Hamdalah
Pada waktu penutupan acara Rapimnas Orshid yang lalu, Beliau Bapak Kyai Moch. Muchtar Mu'thi menyampaikan mauidhoh hasanah tentang makna hamdalah yaitu kalimat Alhamdulillahirobbil'alamiin yamg diartikan 'segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam'.


Dalam bahasa Indonesia status seorang guru khususnya di kalangan lembaga pendidikan Islam dan guru agama Islam sering disebut dengam ustadz. Saya baru tahu kalau ternyata kata ustadz bukan kata asli dari bahasa Arab. Ia ternyata berasal dari bahasa Persia. Penjelasan detilnya bisa dilihat di situs pesantren al khoirot. Kata guru dalam bahasa Arab asli sebenarnya adalah murobbi dan pengajaran adalah tarbiyyah. Dua kata itu sebenarnya dari akar kata Robb yang diartikan sebagai Tuhan. Dan hal inilah yang Beliau jelaskan sebagai makna hamdalah.

Bahwa al-hamd berarti pujian, segala puji. Lillahi berarti milik Allah. Robb berarti Tuhan. Al-'alamiin berarti seluruh alam.

Apa makna di balik pengajaran dzikir kalimat toyyibah Alhamdulillahirobbil'alamiin? Sedang kita tahu kebutuhan akan hamdalah itu diperuntukkan bagi keselamatan manusia bukan untuk kepentingan Allah sebagai yang Maha Kuasa dan Maha Kaya?

Dalam dzikir Hamdalah tersimpan sebuah pelajaran besar tentang menjadi hamba Allah yang bersyukur (abdan syakuro). Gelar ini adalah sebuah gelar kehormatan bagi manusia karena dari triliunan manusia yang diciptakan, amat sangat sedikit sekali yang berhasil mencapai itu (QS 27:73). Jika Gusti Allah 'punya' sebuah institusi pendidikan resmi sebagaimana pemerintah atau pengusaha membuat lembaga pendidikan, maka itulah gelar tertinggi yang akan diberikan kepada lulusan dari institusi itu. Dan memang, Gusti Allah punya institusi itu. Hidup ini adalah institusi besar milik Allah lengkap dengan kurikulum dan alat bantu pendidikan yang telah disediakan. Dalam salah satu hadist Qudsi Allah berfirman " Kuntu kanzan makhfiyyan, fa aradtu an ‘urif fa-khalaqtul khalq. " - Aku adalah Kanzun makhfiy (khazanah yang tersembunyi), Aku cinta (hubb) untuk dikenal, maka Aku ciptakan makhluk agar mereka mengenaliKu.

Sekolah kehdiupan Yang Maha Pandai lagi Maha Bijaksana

Jika di sekolah umum waktu pendidikan kita terbatas,  maka di sekolah kehidupan (school of life) ini kita punya 24 jam 7 hari seminggu untuk terus menerus mendapatkan pendidikan, andai kita mau berusaha dan dimampukan. Namun orang jarang memperhatikan hal ini. Penglihatan mereka terbatas, daya tangkap mereka terbatas dan mereka membatasi diri dengan berpikir hanya lembaga resmi milik pemerintah atau swasta yang bisa memberikan ijazah dan hanya lembaga itu saja yang pantas untuk dititipi anak-anak mereka untuk mendapat pendidikan yang layak.

Saya ingat saat belajar Self Knowledge, guru saya mengingatkan tentang hal pokok yaitu agar memiliki hati seorang anak (heart of a child). Dan saya menyadari pentingnya memiliki hati seorang anak dalam kaitannya dengan lembaga Ilahiah (divine institution) ini. Dalam hati seorang anak ada dorongan kebutuhan untuk mengetahui (the fascination to learn) yang itu amat penting bagi kita dalam menjalani hidup dan melihat hidup ini sebagai arena belajar (continuous learning) bukan semata-mata bergulat untuk bertahan hidup (survive). Bukan seberapa banyak materi yang kita akumulasikan, tapi seberapa banyak berlian syukur telah mengisi ruang batin kita karena sebuah pelajaran berharga dari Yang Maha Kuasa telah dimengerti. Dalam hati seorang anak juga ada kejujuran dan ketulusan yang menjadikan seorang anak tidak berdosa (innocent). Sikap itu menjadi dasar bagi kemampuan anak untuk menyerap dan merespon apapun pelajaran dari Yang Maha Kuasa dengan penuh perhatian.

Dan para psikolog telah membuktikan bahwa daya serap otak anak-anak saat mereka berusia balita jauh lebih besar dibanding setelahnya. Tidakkah kita bertanya kenapa bisa demikian?

Mengubah sudut pandang dalam melihat hidup ini dalam kaitannya dengan nilai-nilai Ketuhanan, nilai-nilai kemanusiaan sebagai suatu proses pembelajaran adalah makna sejati dzikir Hamdalah. Karena sungguh ketika kita dalam kegelapan, tidak tahu dan tidak mengerti apapun kemudian diberikan pada kita penerangan, pengetahuan adalah situasi yang sudah sepatutnya untuk disyukuri.  Dan menyadari bahwa seluruh aspek kehidupan yang membuat dada kita semakin lapang (QS 94:1), jiwa kita semakin ringan seperti burung yang terbang di angkasa (QS 24:41), langit batiniah yang semakin terang benderang (QS 5:19) adalah bagian dari surga.

Orang besar adalah dia yang tidak kehilangan hati kanak-kanaknya
~ Mencius ~

Demikianlah Allah menyempurnakan pelajaran dan karuniaNya kepada hamba-hambaNya (QS 35:30). Dan bagi murid yang menyadari ketidakmampuannya, kekosongannya, ketidakberdayaannya dan kegelapannya sebagai seorang makhluk kemudian menyadari Guru manakah yang telah memberinya kemampuan, pengetahuan, tenaga dan cahaya maka hanya ada satu kalimat yang pantas diucapkan sebagai pengakuan. Dan satu kalimat itu tak lain adalah Alhamdulillahirobbil'alamiin.

Sepenggal Sirr al Asrar

Di dalam kitab Sirr al-asrar fi ma yahtaju Ilahi al-abrar atau Kitab "Rahasia Dalam Rahasia-rahasia Yang Kebenarannya Sangat Diperlukan" karya Syaikh Abdul Qadir Jaelani disebutkan tentang keutamaan hamba-hamba Allah menuntut ilmu makrifat dan hakikat:

Nabi saw bersabda, "Mataku tidur namun hatiku jaga".



Pentingnya memperoleh makrifat dan hakikat diterangkan oleh Nabi saw, "Jika seseorang berniat belajar dan beramal menurut keinginannya itu tetapi mati sebelum mencapai tujuannya, Allah menunjuk dua orang malaikat sebagai guru yang mengajarinya ilmu dan makrifat sampai ke hari kiamat.


Orang itu dibangkitkan dari kuburnya sebagai orang arif yang telah memperoleh fakta". Dua orang malaikat di sini menunjukkan roh Nabi Muhammad saw dan cahaya cinta yang menghubungkan insan dengan Allah. Pentingnya niat dan hajat selanjutnya diceritakan oleh Nabi saw,

"Banyak yang berniat belajar tetapi mati ketika masih di dalam kejahilam tetapi mereka bangkit dari kubur pada hari pembalasan sebagai orang arif. Banyak ahli ilmu dibangkitkan pada hari itu dalam kondisi rusak akhlak hilang segalanya dan jahil keseluruhan ". Mereka adalah orang-orang yang bermegah dengan ilmu mereka, yang menuntut ilmu karena muslihat duniawi dan berbuat dosa. 

Selengkapnya silakan dibaca di link berikut ini

Pelajaran dari Ibnu Arabi

Ketika akan menuliskan artikel ini, batin saya ditunjukkan untuk membuka kitab karya Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi yang berjudul Kalimatullohi Kitab Al Jalalah atau Hakikat Lafadz Allah. Ada bagian yang menarik dalam penjelasan Beliau khususnya tentang penampakan sifat Ar-Rububiyyah.

Dalam hal ini perlu dipahami bahwa terkait dengan Tauhid ada dua atau tiga bagian tauhid yang perlu kita pahami. Yaitu tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma was Sifat. Tauhid Rububiyah adalah pemahaman ketuhanan atas Allah sebagai Robb Sang Pencipta, Pendidik, Pemilik Alam Semesta. Tauhid Uluhiyah adalah pemahaman ketuhanan atas Allah sebagai Ilah (Yang disembah). Tauhid Asma was Sifat adalah pemahaman ketuhanan atas Allah yang memiliki Asmaul Husna (Nama Terbaik). Karena bahasan ini cukup panjang, saya tidak akan menjelaskan panjang lebar disini. Semoga di lain kesempatan saya diperkenankan untuk menuliskannya. Insha Allah.

Bagian yang ingin saya sampaikan adalah tentang penampakan sifat Rububiyah. Disebutkan,  bahwa di Al Quran setiap ayat yang merujuk pada penampakan Tuhan, kata yang digunakan adalah Robb bukan Ilah. Seperti saat Nabi Musa memohon agar Tuhan menampakkan Diri (QS 7:143). Demikian juga ketika di akhirat (QS 75: 22-23). Demikian ini saya kutipkan untuk dijadikan renungan bagi orang-orang yang memiliki akal.


Hakikat Pengajaran

Maka apakah sesungguhnya hakikat pengajaran itu? Hakikat pengajaran sesungguhnya adalah wujud kasih sayang Allah kepada hamba-hamba Nya yang beriman dalam menunaikan janjiNya melindungi mereka dalam kehidupan di dunia ini. Sebagaimana Dia sampaikan dalam surat Al-Baqarah:257 "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)."

Dan bagaimanakah sejatinya murid harus bersikap dalam mengambil dan menerima pengajaran dari Dia yang Maha Pandai lagi Maha Bijaksana? Sebagaimana telah dicontohkan oleh hambaNya yang terpilih Sulaiman AS dalam surat An-Naml:19 ".... Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".

Karena itu sudah sepatutnya kita bersyukur tidak hanya dalam lisan tapi dari lubuk hati yang terdalam dalam bentuk pujian Alhamdulillahirobbil'alamiin. Segala Puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.

QS Al 'A'laa (87) : 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar