Jumat, 01 Agustus 2014

Cerita Hati

Minggu lalu, setelah bertafakur tentang qolbun saliim di artikel sebelumnya, saya memutuskan untuk menuliskan pemahaman saya tentang hati sebagai artikel tersendiri. Maka inilah adanya.

Saya merasa perlu memisahkannya karena saya menyadari ada beberapa aspek yang menurut saya perlu dituliskan guna menjelaskan beda kata yang satu dengan kata yang lain. Seperti saya tulis sebelumnya bahwa Al-Quran menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menunjukkan istilah hati pada manusia.

Mari kita awali keterangan ini dengan menyajikan pelajaran yang saya terima dari guru Self Knowledge saya, Mr. Prem Rawat.


Pengantar Cerita

Saat saya mengawali belajar Self Knowledge saya mendengarkan dan menonton video yang berisi pelajaran disampaikan Mr. Prem Rawat kepada orang-orang yang tertarik maupun sudah menerima teknik Self Knowledge. Selama menyampaikan pelajaran Beliau tidak pernah menggunakan referensi kitab suci apapun. Hanya meminta kami menggunakan hati kita untuk mengukur dan menyadari kebenaran yang Beliau sampaikan. Dari sanalah saya mengawali perjalanan untuk mengenali diri batiniah saya yang disebut hati.

Pengetahuan diri adalah induk dari semua ilmu.
Tanggung jawab saya untuk mengetahui diri saya,
mengetahuinya dengan sempurna,
mengetahui setiap bagiannya, karakteristiknya,
kehalusannya dan bagian terkecil penyusunnya.


Kondisi hati saya sebelum dan sesudah menerima Knowledge saya sadari ternyata berbeda. Dan perbedaan itu bukan karena hati itu berubah namun karena saya menyadari bahwa saat belajar itu, saya tidak berhenti berjalan. Saya sedang melakukan perjalanan di wilayah batiniah yang disebut hati. Beliau menyebutnya the Realm of the Heart. Dan perjalanan ini bagi saya unik dan sangat pribadi. Karena hanya saya dan orang-orang yang telah melalui perjalanan yang yang sama, akan memahami apa yang terjadi. Dan untuk itu saya bersyukur dan berterima kasih bahwa Gusti Allah telah mempertemukan saya dengan Guru saya Mr. Prem Rawat. Sebuah pengalaman yang kalau saya harus mati dan hidup lagi, saya ingin kembali melaluinya :) Karena saya tahu apa dan siapa yang akan saya temui di sepanjang dan akhir perjalanan ini.

Ada dua pelajaran yang Beliau sampaikan yang selalu saya ingat. Dan dua pelajaran itu menjadi dasar kesadaran saya saat memahami adanya perbedaan istilah hati dalam Al-Quran. Dua pelajaran itu menjelaskan kondisi saat awal saya mempersiapkan diri sebelum menerima teknik Self Knowledge dan saat saya telah menerima teknik itu. Dan beginilah pelajaran yang Beliau sampaikan (kurang lebih).

Pengalaman Mengolah Lahan

Hati itu ibarat lahan yang tidak terawat karena diabaikan oleh pemiliknya. Sebelum menerima benih Self Knowledge, lahan itu perlu dipersiapkan. Rumput-rumputnya perlu disiangi, tanahnya yang keras perlu dicangkuli dan diairi agar gembur. Pupuk perlu dicampur dengan tanah dan diberikan waktu untuk bersenyawa dengan tanah agar benih bisa tumbuh disana. Jika tanah itu sudah siap untuk ditanami, maka saat benih Self Knowledge ditanam, tidak perlu waktu lama bagi benih itu untuk tumbuh.


Meski telah ditanam, kita tak akan bisa langsung memanen buahnya.  Butuh waktu untuk benih itu tumbuh menjadi pohon yang besar dan menghasilkan buahnya. Selama masa itu, benih itu harus disirami, diberi cahaya matahari yang cukup, dipupuk dan dilindungi dari gulma dan rumput liar yang akan membuat lahan itu kembali liar tidak terawat. Karena itulah ada tukang kebun, dan kitalah tukang kebun itu.

Perjuangan itu adalah mengolah lahan tandus itu agar menghijau
memberikan bunga dan buah, menjadi rahmat bagi seluruh alam

Tugas kita dengan bimbingan Sang Guru memastikan bahwa rumput dan gulma itu disiangi dan benih itu dijaga agar terus tumbuh. Jika sudah waktunya dia akan mengeluarkan bunganya untuk kita nikmati. Dan jika sudah waktunya dia akan memberikan buahnya untuk kita nikmati. Kalau toh belum memberikan bunga dan buah, kenikmatan saat merawat dan menyadari bahwa benih itu tumbuh memberi kebahagiaan tersendiri yang hanya seorang tukang kebun tahu betapa membahagiakan dan memuaskannya hal itu.

Saat bunga dan buah itu telah diberikan, menyaksikan perubahan dari lahan liar tak terawat berubah menjadi sebuah taman yang indah adalah sebuah ganjaran yang luar biasa. Ada rasa syukur bahwa usaha itu kini telah berbuah. Ada kesadaran bahwa untuk mempertahankan keindahan dan keharmonisan tatanan itu juga perlu usaha. Ada kerendahan hati bahwa tanpa bimbingan Sang Guru tak mungkin kita mencapainya. Ada cinta pada Sang Maha Hidup yang telah memberikan kesempatan untuk mengalami keseluruhan proses. Demikianlah sebuah perlambang untuk kegaiban wilayah yang nyata adanya di dada mereka yang telah menjalaninya.

Perjalanan Pulang

Pelajaran lain yang Beliau sampaikan dalam mengenali dunia batin seputar hati adalah seperti perjalanan pulang ke rumah. Pernahkah kita memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi di sekeliling kita saat kita kembali dari perjalanan jauh untuk kembali pulang ke rumah setelah lama sekali meninggalkannya? Apalagi menjelang Idul Fitri. Begitu banyak orang khususnya di Indonesia sangat familiar dengan istilah mudik. Namun pernahkah kita memperhatikan dan merefleksikan seluruh pengalaman itu dalam upaya mengenali hati kita? Maka, inilah pelajaran yang Beliau ajarkan kepada saya dalam upaya mengenal hati batiniah. 


Saat kita telah tersesat dan sedemikian jauhnya melanglang buana, selalu ada panggilan hati untuk berlabuh. Dan tak ada tempat berlabuh yang paling baik selain tempat yang disebut rumah. Ya rumah! Rumah yang tak ada orang lain bisa mendatanginya selain diri kita sendiri. Tidak saudara kita, tidak anak kita, atau suami/istri kita, atau orang tua kita sekalipun. Apalagi sahabat, teman, rekan kerja atau musuh kita. Mereka tak bisa mendatangi dan memasukinya.

Tempat kita bisa melakukan apapun yang ingin kita lakukan tanpa orang lain punya hak untuk menghakimi dan menilai kita. Tempat kita bisa melepas semua baju formalitas, dandanan make up ataupun alas kaki yang begitu sering membungkus kita demi kesopanan, kesan baik ataupun etika sosial bermasyarakat. Di rumah kita bisa memilih menggunakan pakaian apa yang kita suka yang sangat jauh berbeda dengan saat kita pergi keluar. Di rumah, kita bisa melakukan yang kita mungkin tak akan berani melakukannya saat di depan semua orang; apapun tindakan konyol yang mungkin terpikirkan oleh kita. Dan di rumah kita merasa aman dari gangguan orang lain.

Saat kita melakukan perjalanan kembali ke rumah itu, semakin dekat dengan tujuan, semakin kita bisa menyadari keberadaannya. Karena jalanan yang kita lalui serasa begitu familiar. Penunjuk jalan yang memberitahu bahwa kita sudah semakin dekat ke tujuan. Pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan, semerbak udara yang membawa aroma yang familiar. Dan hati gelisah ingin segera sampai ke depan pintu rumah. Bagi saya karena telah melalui masa itu, jika saya harus kembali melakukan perjalanan pulang itu, saya akan menikmati setiap pemandangan yang ada, mencicipi setiap sajian yang terhidang dan menyerap seluruh kesan indah yang terpampang di hadapan. Namun saya juga akan mengingat bahwa tujuan saya bukan itu. Tujuan saya adalah untuk berada kembali di rumah. Seperlunya saja untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Bukannya disibukkan dengan semua extravaganza di sepanjang perjalanan.

Ketika sampai di depan pintu rumah. Kita tak bisa langsung masuk ke rumah. Karena pintunya terkunci. Dan karena sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya, mungkin pula kuncinya sudah berkarat. Jadi kita cari kunci itu kesana kemari. Self Knowledge adalah seperti kunci untuk membuka pintu rumah itu. Ketika kunci telah diberikan dan kita memasuki rumah itu, bukan berarti rumah itu siap huni. Karena sudah bertahun-tahun ditinggal, ada banyak debu menempel, sarang laba-laba, tikus dan mungkin kelelawar tinggal di dalamnya. itu semua perlu dibersihkan, sebelum kita bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya.

Bahkan rumah yang telah lama ditinggal penghuninya,
Perlu usaha untuk membuatnya nyaman dihuni.
Lalu bagaimana kita menyiapkan rumah batiniah kita?

Kita buka jendela yang telah tertutup sekian lamanya agar udara segar mengalir masuk. Tirai-tirai yang menutupi perabot dan jendela kita buka dan lepas untuk membuang debu yang menempel. Mungkin kita sampai harus menutup hidup kita agar tidak bersin. Kita sapu kotoran yang ada dan mengepel lantai agar bersih mengkilat. Mengubah semua bagian yang kotor dan pengap agar menjadi bersih dan segar. Paling tidak, itulah yang biasa saya lakukan setelah kembali dari perjalanan panjang meninggalkan kamar saya. Dan saya menghayati setiap proses membersihkan kamar itu. Karena saya ingin merasa nyaman di dalamnya. Di sanalah ruang pribadi saya, yang untuk masukpun orang harus mengetuknya meminta ijin.

Dan saya pikir inilah esensi seluruh perjalanan hidup kita di dunia ini. Perjalanan Kembali ke Hakikat Diri. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Lapisan Bumi Batiniah

Mendapat pelajaran yang demikian sederhana, indah dan mendasar, saya merasa punya pondasi kuat ketika diperkenalkan pada pelajaran di Thariqoh Shiddiqiyyah. Lebih mudah bagi saya untuk memahami perlambang-perlambang yang digunakan dalam muqoddimah maupun amalan yang diajarkan guru thariqoh saya Syeikh Muchtarullohil Muj'taba. Dan karena Sang Guru mengacu pada Al-Quran dalam menyampaikan pelajarannya, saya semakin didekatkan dengan esensi yang ada pada ayat yang digunakan. Tidak lagi Al-Quran menjadi sekedar bacaan. Dia telah menjadi realitas yang sedikit demi sedikit mewujud dalam hidup saya. Dia menjadi referensi, petunjuk, cahaya, kabar gembira dan peringatan di bagian-bagian yang Allah tunjukkan. Termasuk dalam memahami perbedaan penggunaan istilah yang menunjuk pada hati.

Seperti bumi memiliki lapisan-lapisannya,
begitu pula hati manusia

Sebagian orang mungkin menggunakan dan banyak mengenal istilah tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit. Istilah tujuh lapis bumi ini bukan menggambarkan bumi batiniah yang saya maksud di sini. Karena jika merujuk pada istilah Al-Quran sendiri hanya ada 4 istilah yang digunakan yaitu shudur, qolbun, fu'ad dan lubb. Sedang bashiroh tidak masuk kategori penunjuk istilah hati, karena akar katanya bashor yang berarti penglihatan.

Shudur

Secara umum shudur berarti dada. Pada ayat-ayat yang menggunakan kata shudur, terjemahan yang ada merujuk pada isi dada. Saya pahami itu sebagai isi dada atau isi hati manusia secara umum tanpa mempedulikan kondisi yang ada. Seperti dalam QS An-Nās:5 - "yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia," untuk menunjukkan bisikan jahat yang mempengaruhi manusia. Atau dalam QS 'Āli `Imrān:154 - "...Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu." Allah Maha Mengetahui isi hati untuk menunjukkan isi dada yang terpengaruh oleh prasangka.

Kalau menggunakan pelajaran tentang hati sebagai lahan, maka saya memahami shudur ini sebagai lapisan paling luar dari wilayah gaib manusia yang disebut hati. Ibarat lapisan bumi apapun bisa saja jatuh ke permukaan bumi. Dia disebut baik jika mengarahkan kita pada kebaikan dan disebut buruk jika mengarahkan kita pada kejahatan. Karena itulah kondisi-kondisi yang terjadi pada manusia merupakan 'penguji' untuk menunjukkan apa yang ada dalam dada mereka. Disebutkan dalam surat Al-'An`ām:125 - "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit..."

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,
lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka
dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
 itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada. [QS Al-Ĥaj:46]

Menghadapi apapun yang jatuh di permukaan bumi batiniah, kita perlu waspada, tidak reaktif namun mengamati dan membaca yang ada sebelum mengambil tindakan. Di lapisan inilah istilah karma, hukum sebab akibat berlaku. Karena apapun yang kita pilih dan putuskan akan berpengaruh dan membawa konsekuensi berupa reaksi. Maka ada peribahasa siapa yang menabur,  dia akan menuai.

Pada surat Ali Imran ayat 154 itu juga digunakan dua kata yang berbeda secara berdampingan yaitu shudur dan qalb. Ini menunjukkan kedekatan dua hal tersebut di wilayah batiniah.

Qolbu

Secara umum diartikan bolak-balik. Maka qolbu diartikan kondisi hati yang berubah-ubah. Berubahnya kondisi hati itu karena apa-apa yang ada di permukaan bumi batiniah (shudur) telah mulai mengakar ke dalam lahan batiniah (hati). Benih-benih itu mulai bertunas menjadi pohon toyyibah (kebaikan) ataupun pohon khobisat (keburukan) menurut kehendakNya. Dan proporsi besar kecilnya kedua pohon itu membuat berubah-ubahnya kondisi hati manusia.

Pun ketika salah satunya telah mendominasi yang lain hati juga terus mengalami perubahan. Dan perubahan ini jika dominan dalam kebaikan ditunjukkan dengan perubahan dari sabar menuju syukur, dari khouf (takut pada Allah) menuju raja' (berharap pada Allah), dari fana menuju baqo'. Sedangkan perubahan yang didominasi keburukan perubahan itu ditunjukkan dari  fujur menuju kufur, dari su'udzon menuju hasud, dari tamak menuju semena-mena.

Seperti berubah-ubahnya ombak di lautan,
begitu pula qolbu manusia senantiasa dalam perubahan

Keberadaan hati sebagai tanah batiniah disebutkan dalam QS Al-Baqarah:93 - ".... Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya...." Kata meresap menunjukkan ada sesuatu yang menghunjam dan menancapkan akarnya. Dalam ayat lain yaitu QS Al-Ĥujurāt :14 disebutkan "Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya,......"

Pohon Batiniah

Dan apa-apa yang menancapkan akar-akarnya ke tanah batiniah seperti dijelaskan dalam surat Ibrahim 24 - 26 yaitu "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun."

Jika pohon khobisat mendominasi dan memenuhi lahan batiniah, itu seperti semak belukar yang menutupi tanah yang telah keras membatu, tidak terawat, meninggalkan kesan dan rasa seperti saat kita melihat yang seperti itu dengan mata dhohir kita. Sedemikian penuhnya lahan batiniah itu hingga menimbulkan rasa sesak, takut,  dan jengkel (tak suka) yang membuat pemiliknya dalam keraguan serasa tak mampu lagi menerima lebih banyak lagi karunia dari Tuhannya karena sempitnya ruang batin oleh timbunan belukar pohon khobisat itu. Dalam beberapa ayat Al-Quran situasi itu digambarkan sebagai berikut:
- Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [QS Al-Baqarah:10]
- Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. [QS Al-Baqarah:88]
- Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. [QS 'Āli `Imrān:151]
- (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [QS Al-Mā'idah:13]
- Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. [QS Al-'An`ām:43]
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". [QS Al-'An`ām:25]
- Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. [QS At-Tawbah:45]

perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun
~ QS Ibrahim 26 ~

Sedangkan jika pohon toyyibah mendominasi dan memenuhi lahan batiniah, maka penglihatan menjadi berbeda. Karena teguhnya akar mencengkeram bumi dan tingginya cabang menjulang ke langit, kita diberi kemampuan untuk menjadikannya tangga untuk melihat pemandangan dari sudut pandang yang berbeda. Sebuah obyek akan terlihat berbeda saat dilihat dari elevasi datar dibandingkan dengan wujudnya jika dilihat dari ketinggian. Dalam beberapa ayat Al-Quran situasi itu digambarkan sebagai berikut:
- Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. [QS Al-'Anfāl:2]
- Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [QS At-Tawbah:14 - 15]
- Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, [QS At-Tawbah:117]
- Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS Al-Ĥujurāt:3]
- Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, [QS Al-Ĥujurāt:7]
- (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, [QS Qāf:33]
- Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.... [QS Al-Mujādila :22]

Ketika pohon toyyibah mendominasi lahan batiniah qolbu, cabang yang menjulang ke langit rohaniah menjadi perantara bagi sampainya kabar-kabar Ilahiah, seperti penggunaan kata qolbu dalam beberapa ayat Al-Quran berikut:
- Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [ QS Al-Baqarah:97]
- Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Al-Baqarah:260]
- Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS At-Taghābun:11]
- Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, [QS Al-Fatĥ:4]

perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik,
~ QS Ibrahim 24 ~

Lahan Iman Mu'tasyabih

Pada artikel "Masalah Kepercayaan saya telah menyebutkan tentang iman mu'tasyabih. Dalam cerita hati ini, saya ingin menambahkan keterangan tentang itu menyangkut qolbu. Letak iman mu'tasyabih ada di qolbu. Di lahan qolbu inilah ketika ummat manusia mencapai baliqh (berakal sempurna) dikenakan hukum untuk menjalankan perintah Allah. Dan segala upaya kita untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang Dia tetapkan dalam perunjukNya menjadi perwujudan atas visi yang Dia tuliskan di Lauh Mahfudz atas diri kita.

Untuk menyelaraskan diri itu butuh usaha. Menuju keseimbangan itu butuh usaha. Karena ada banyak hal yang harus kita selaraskan pada satu saat yang sama. Mengendalikan satu aspek permasalahan itu mudah. Tapi untuk mengendalikan berbagai aspek dalam satu saat atau situasi atau keadaan yang bersamaan butuh lebih banyak usaha. Butuh pengetahuan ilahiah, butuh kejernihan pandangan, butuh kebersihan niat, butuh kekuatan tekad, butuh keteguhan semangat,  butuh kesungguhan usaha dan butuh sandaran yang kokoh.

Dan lagi-lagi Mr. Prem Rawat mengajarkan saya memahami itu melalui pengalaman masa kecil saya, saat belajar mengendarai sepeda. Bagaimana persisnya kita bisa menemukan keseimbangan saat belajar naik sepeda roda dua kita tak pernah tahu. Kita hanya tahu ada dorongan untuk terus mengayuh pedal itu sambil sesekali jatuh dan kembali bangun untuk mengayuhnya lagi. Sampai saat keseimbangan itu kita dapatkan dan kita bisa mengendarai sepeda itu tanpa harus oleng ke sana ke mari.

Keseimbangan yang harmonis berhubungan
 dengan rasa

Tapi bukan berarti kita tak akan pernah jatuh. Akan ada masanya mesti kita telah mahir bersepeda, kita akan jatuh saat kondisi dan situasi yang ekstrem berlaku atas diri kita. Karena itulah Bpk Kyai Muchtar Mu'thi mengatakan bahwa hidup ini adalah perjuangan. Perjuangan untuk memilih yang benar dari bathil, memilih yang baik dari yang buruk, memilih syukur dari kufur, memilih sabar dari amarah, memilih ilmu dari kebodohan, memilih cahaya dari kegelapan,  memilih kemuliaan dari kenistaan. Dan kebebasan dalam menentukan pilihan itu diberikan pada kita [QS 91:8]. Karenanya kehati-hatian tetap diperlukan agar kita selamat sampai akhir perjalanan di dunia yang bersifat sementara ini.

Fu'ad
Istilah lain yang digunakan dalam Al-Quran untuk menyebutkan hati adalah fu'ad. Dalam bahasa Arab akar kata fu'ad berarti gerak atau menaruh dalam gerak. Untuk memahami bagian ini banyak orang mengalami kesulitan mengidentifikasi sesuatu yang bersifat batiniah dan ghaib ini. Sedemikian sulitnya sehingga ada yang menyebutkan fu'ad merupakan lapisan bagian luar dari qolbu seperti disampaikan di artikel ini dan ada pula yang menyebutkan fu'ad merupakan lapisan bagian dalam dari qolbu seperti di artikel ini. Saya cenderung pada pendapat yang kedua.

Penjelasan tentang fu'ad sebenarnya secara tidak langsung telah dijelaskan dalam Al-Quran itu sendiri. Keberadaan fu'ad disebutkan dalam surat Al-Baqarah:74 yang menyebutkan "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di bawah batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan." Bahwa di bawah hati qolbu yang keras membatu ada sungai yang mengalir.

Dan andai kita bisa membelahnya dengan ijin Allah maka akan keluar mata air ke permukaan bumi batiniah yang disebut qolbu itu. Sungai yang mengalir itu adalah melambangkan fu'ad yang berarti gerak atau menaruh dalam gerak. Dari air sungai inilah janji Allah yang tersebut dalam surat Al-Jinn ayat 16 ditunaikan. "Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu, benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar."

Artesis batiniah

Analogi fu'ad ini dalam dunia lahiriah nampak nyata jika kita mempelajari ilmu bumi, geografi. Ada lapisan bumi bagian atas dimana manusia hidup dan permukaannya secara langsung terpapar oleh tindakan manusia, sinar matahari, pergerakan angin, cuaca, siklus air dan lain sebagainya. Bagian ini di ranah batiniah disebut shudur. Lalu ada lapisan tanah lebih dalam. Dia hanya bisa terpengaruh oleh tindakan manusia maupun hewan dan akar tumbuhan yang menembusnya agar bisa mengokohkan diri di atasnya. Bagian ini disebut qolbu. Lalu di antara lapisan itu dengan lapisan yang lebih dalam lagi biasanya ada bebatuan yang menjadi pemisah untuk melindungi lapisan bagian dalam bumi tempat sungai bawah tanah mengalir. Kita semua tahu sungai bawah tanah (artesis) ini memberikan air yang sangat murni dan menyehatkan yang bisa langsung dikonsumsi tanpa harus diproses terlebih dahulu. Di wilayah batin sungai bawah tanah ini disebut fu'ad.

Kenalkah kita dengan sungai bawah tanah batiniah kita?

Pada artikel saya yang berjudul Masalah Kepercayaan,  saya menyebutkan tentang dua jenis keimanan; yaitu iman fitrothi dan iman mu'tasyabih. Iman fithroti menunjukkan keimanan seluruh ummat manusia kepada Allah Ta'ala sebagai Pencipta mereka dan pengetahuan fithroti akan sifat-sifat Ilahiah Sang Pencipta yang telah memperkenalkan DiriNya di alam ruh. Menurut saya letak iman fithroti ini ada di lapisan fu'ad. Sebagaimana disebutkan dalam surat As-Sajdah:9 "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."

Keberadaan fu'ad yang terletak di bawah lapisan yang tidak mudah ditembus ini menegaskan situasi dan kondisi yang dihadapi orang-orang kafir saat yaumil hisab. Karena tindakan-tindakan ingkar dan mungkar yang mereka lakukan, hujjah atas salahnya tindakan itu akan ditimbang oleh fu'ad mereka sendiri. Persis seperti kita membandingkan dua gelas yang berisi air comberan dengan air dari sumur artesis.

Bagaimana bisa demikian?

Ya karena tindakan-tindakan pengingkaran dan kekufuran itu hanya mengotori sampai batas qolbu mereka tidak sampai menembus ke fu'ad. Karena pada orang-orang kafir karena qolbu yang telah gelap itu menghalangi mereka dari melihat lebih jauh dan pintu penghubung qolbu dengan fuad telah ditutup, sehingga lapisan fu'ad tidak terlihat oleh penglihatan mereka. Sebagaimana Allah SWT - Sang Maha Pencipta berfirman "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. [QS Al-Baqarah:17-20] dan di ayat yang lain disebutkan "Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya...." [QS Al An'am 25].

Kita berlindung kepada Allah dari kegelapan qolbu! Dan kita memohon kepadaNya cahaya yang bersinar dan menerangi hati kita.

Lubb

Penjelasan yang saya pikir cukup baik tentang lubb bisa dibaca di link berikut ini dan disini. Saya kutipkan penjelasan lubb yang merupakan bentuk tunggal dari kata albaab dan dalam Al-Quran kata yang digunakan adalah ulul albaab.

Secara encyclopedia bahasa Ulil Albab terdiri dari dua kata,  yaitu “Ulu” jamak dari kata ala  dan al-albab  jamak dari kata al-lubb. Kata ala, bila ila  bermakna intaha (mencapai), washala  (berakhir pada), shara (menjadi, atau intiqal (berpindah), bisa juga berarti ahlu (keluarga, sanak, kaum kerabat).  Sedangkan al-lubb berarti al-‘aqlu (akal), al-qalbu (hati), lubab (bagian  terpenting), atau jawhar (inti). Dan  “dewan penerjemah Al-Qur’an” ke dalam bahasa Indonesia, ketika menggunakan kata “Ulil Albab”  memakai kata “ahlu”  dan “al-‘aqlu”, sehingga dalam Al-Qur’an dan terjemahnya, Ulil Albab diartikan : orang-orang yang berakal.

Saya kurang setuju jika lubb diartikan sama dengan qolb. Alasan saya sangat jelas, karena itu akan bertentangan dengan penjelasan saya tentang qolbu di bagian awal artikel ini. Saya bisa menerima jika lubb diaetikan sebagai al-aqlu, lubab atau jawhar.

Jika dia diartikan sebagai lubab atau jawhar,  maka itu akan sangat bersesuaian dengan keterangan saya sebelumnya yang mengibaratkan hati sebagai lapisan bumi batiniah. Jika bumi dhohir punya inti bumi yang menjadi pusat dan asal muasal kehidupan yang terjadi di muka bumi, maka bumi batiniah juga punya inti batiniah yang disebut lubb. Dan sudahkah kita perhatikan korelasi bumi dhohiriah dan bumi batiniah.

Jika lubb diartikan sebagai aqlu dan dalam artikel yang kedua disebutkan bahwa ketika menggunakan kata lubb Al-Quran selalu menggunakan bentuk jamak yaitu al-baab, maka ini perlu menjadi renungan. Jika merujuk pada arti kata-kata yang menyusun kata ulul albaab, maka bisa diartikan sebagai orang yang mencapai (bermacam-macam) akal (yang ada) atau sampai pada bagian terpenting / inti akal setelah berpindah dari satu akal ke akal berikutnya. Ulul albaab menunjukkan orang tersebut telah melalui proses melalui lapisan-lapisan pengetahuan batiniah yang membuat dia sampai pada inti akal. Ibarat jika kita memainkan sebuah permainan yang mempunyai tingkatan kesulitan yang berbeda-beda, kita tak akan bisa naik ke level berikutnya sebelum menyelesaikan level yang di bawahnya. Demikianlah gelar ulul albaab diberikan kepada mereka yang pengetahuan batiniahnya telah membawa dia pada bagian terpenting dari berbagai macam pengetahuan yang ada.

Tiga Tingkat Pengetahuan

Kenapa bisa demikian? Saat merenungkan maksud kata ulul albaab yang berbentuk jamak ini, saya teringat pada bagian dari buku Opening The Dragon Gate. Master Wang Liping dalam proses belajar Tao menyebutkan tentang tiga tingkatan pengetahuan:

- Tingkat pertama adalah pengetahuan tiga dunia bawah yang merupakan kombinasi orang, peristiwa dan benda
- Tingkat kedua adalah pengetahuan tiga dunia tengah yang merupakan kombinasi langit, bumi dan kemanusiaan
- Tingkat ketiga adalah pengetahuan tiga dunia atas yang merupakan kombinasi waktu, ruang dan semesta.


Tingkat pertama adalah pengetahuan yang umumnya dipelajari orang awam dalam pelajaran yang bersifat parsial; seperti pelajaran kimia, biologi, fisika, geografi, matematis yang lebih banyak memisahkan antara aspek ilmu itu sendiri dengan nilai-nilai kemanusiaan. Semisal melihat bayangan suatu benda atau orang kebanyakan orang akan menilai bayangan tidak hakiki. Ia hanya pantulan benda karena jatuhnya cahaya pada benda itu.

Tingkat kedua adalah pengetahuan yang melibatkan kesadaran akan keberadaan matahari, bulan, bintang, tumbuhan,  gunung, sungai, bunga, hewan, musim, angin, kilat, arah mata angin utara selatan barat dan timur. Tiga aspek langit, bumi dan kemanusiaan merupakan sebuah kesinambungan, sebuah totalitas, sebuah sistem dengan kemanusiaan berada di tengah antara langit dan bumi. Contoh pengetahuan tingkat kedua ini jika digunakan pada bayangan adalah pada kemampuan untuk melihat bayangan tidak sebagai sesuatu yang tidak berarti dan berisi apapun, namun berisi sesuatu sama seperti hakikatnya, sehingga bayangan itu bisa digunakan untuk melakukan pengobatan jarak jauh.

Tingkat ketiga adalah pengetahuan yang melibatkan kesadaran tentang jiwa (spirit), energi dan vitalitas yang memberikan kemampuan untuk mewujudkan sesuatu secara alamiah dalam ruang dan waktu di semesta. Dengan pengetahuan itu bayangan bisa digunakan untuk mengirim jiwa ke tempat yang lain seperti hologram.

Dalam terminologi Al-Quran, tingkatan kedua dan ketiga pengetahuan ini bersandar pada kalimat Laa hawla walaa quwwata illabillah. Di tingkat ini, pendengaran dan penglihatan menjadi saksi dan pertanggungjawaban atas ilmu yang ada padanya menjadi lebih berat dibanding mereka yang hanya punya pengetahuan di tingkat kesatu. Dan uniknya, semakin dekat seseorang pada tingkatan kedua dan ketiga, semakin mulia akhlaknya. Maha benar dan Maha Bijaksana Allah yang telah mengutus Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak.

Kita memohon kepada Allah: 
Robbana laa tazuq quluubana 
ba'da idz hadaitana wahablana min ladunka rohmaatan innaka antal wahhab.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan 
hati kami condong kepada kesesatan 
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, 
dan karuniakanlah kepada kami 
rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".
[QS 'Āli `Imrān: 8]

2 komentar:

  1. seneng dapat informasi tentang prem rawat. gmn caranya punya video the keys milik maha raji. mohon info ya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mb Anisa bisa cek di website resmi Mr. Prem Rawat www.wopg.org
      Untuk versi bahasa Indonesia bisa gabung di facebook Wopg Bali. Juga bisa add Facebook saya ummul choironi.

      Hapus