Kamis, 27 Oktober 2011

Jejak-Jejak Kekuasaan

Muammar Ghadafi saat berkuasa
Melihat foto Muammar Ghadafi menjelang kematian dan setelah kematiannya yang belakangan beredar di internet maupun media TV, menimbulkan rasa miris dalam hati tentang salah satu sifat kebanyakan manusia.

Sungguh Allah Maha Kuasa memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendakiNya dan mencabutnya dari siapa yang dikehendakiNya, memulyakan siapa yang dikehendakiNya dan menghinakan siapa yang dikehendakiNya. (QS Ali Imran 26)

Melihat pada kasus Ghadafi, kita harus merenung dan bercermin akan kekuasaan yang Dia berikan kepada kita, karena bagaimanapun setiap diri adalah seorang pemimpin. (Al Hadist). Ketika Allah memberikan kekuasaan kepada kita, adakah kita menerimanya dengan kehati-hatian dan penuh amanah? Ataukah justru kita menjadikan kekuasaan itu sebagai tempat kita melampiaskan hawa nafsu hingga memunculkan sifat sombong, takabur, semena-mena, tamak, dan berbagai akhlak buruk lainnya?

Karena sesungguhnya perbuatan manusia dan atsar (jejak / bekas) mereka dan setiap sesuatu telah tercatat dalam catatan yang jelas (QS Yaasin 12). Maka apabila sikap hati-hati akan meninggalkan atsarnya demikian pula sifat tamak, sombong, takabur dan semena-mena akan meninggalkan atsarnya. Dan manusia yang hidup pada masanya akan menjadi saksi atas tindakan dan sikap yang diambilnya.

Tao Te Ching menggambarkan karakter penguasa sebagai berikut:  
     17. Rulers 
The best rulers are scarcely known by their subjects; 
The next best are loved and praised; 
The next are feared; 
The next despised: 
They have no faith in their people, 
And their people become unfaithful to them. 

When the best rulers achieve their purpose 
Their subjects claim the achievement as their own.

    17. Penguasa
Penguasa terbaik jarang dikenal oleh warganya;
Di bawahnya adalah yang dicintai dan dipuja;
Berikutnya adalah yang ditakuti;
Berikutnya adalah yang dibenci:
Mereka tidak percaya kepada rakyatnya,
Dan rakyatnya menjadi tidak setia kepadanya.

Ketika penguasa terbaik mencapai tujuan mereka
Warganya menyatakan pencapaian itu sebagai karya mereka.

Demikianlah. Ada hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam lingkungan manusia macam apakah seseorang yang memegang kekuasaan itu berada. Karena apabila, dia berada dalam suatu lingkungan manusia yang banyak berbuat dzalim sedangkan dia berseberangan dengan mayoritas masyarakat, bisa jadi lepasnya kekuasaan bisa saja terjadi dan masyarakat sekitarnya menilai dia gagal/kalah. Tapi ada hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kemuliaan tetap ada beserta dia. Sebagaimana kisah Nabi Yahya AS yang mati terbunuh di tengah kaum bani Israil yang dzalim, atau Husein bin Ali ra yang dibunuh dan dipenggal kepalanya oleh Yazid bin Muawiyah dalam peristiwa Karbala.

Satu hal yang menjadi tengara utama cara manusia satu memperlakukan manusia lainnya termasuk mantan para penguasa negeri mereka adalah kemampuan mereka dalam mensyukuri suatu karunia. Manusia ataupun masyarakat yang pandai bersyukur akan melihat kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan / ditinggalkan oleh mantan penguasa tersebut. Sehingga ketika mereka harus menghukum atau melengserkan penguasa yang telah menyimpang dalam melaksanakan amanat, mereka akan berlaku adil.

Akhir sebuah kekuasaan ?
Melihat yang terjadi di Libya, muncul pertanyaan apakah sedemikian jahatnya Muammar Ghadafi hingga harus mendapat perlakuan seperti itu dari para musuhnya? Atau justru para musuhnya adalah kelompok yang tak pandai bersyukur hingga ditunggangi hawa nafsu atau kepentingan manapun yang mengatasnamakan demokrasi untuk membunuhnya dan memperlakukan jasadnya dengan tidak terhormat? Atau semua atsar buruk yang dilakukannya selama hidup di dunia menyata pada dirinya?


Wallohu alam bis showab.


Kita berlindung kepada Allah dari kekuasaan yang hina dan menghinakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar