Minggu, 30 Oktober 2011

Luberkan terima kasih

Pada suatu minggu malam, saya harus beangkat mengajar di sebuah lembaga pendidikan. Kegiatan tersebut adalah bagian dari pengabdian sosial yang saya pilih lakukan untuk menjadikan karunia hidup ini bermanfaat tidak hanya bagi diri saya pribadi, tetapi juga orang lain. Karena tidak punya kendaraan sendiri, saya seperti biasa diantar ke tempat pendidikan itu oleh salah seorang sahabat saya sambil ngobrol singkat di atas sepeda motor dia.

Ketika sampai di tempat, secara spontan setelah turun dari kendaraan saya ucapkan terima kasih kepadanya. Dan dia membalas 'Kenapa pake bilang terima kasih?' Saya tahu dia mungkin tidak penting apa yang telah dilakukannya. Dan saya jawab pertanyaannya dengan sebuah jawaban yang pertama terlintas di pikiran saya saat itu, yaitu ' Karena aku ingin menjadi abdan syakuro. ' Sebuah jawaban yang kedengaran klise di telinga dia mungkin, karena dia tahu dan sudah sering mendengar itu di sekolah tempat dia belajar.

Tapi saat berjalan menuju ke ruang pengajar pikiran saya mengingat kembali ucapan otomatis yang keluar itu. Karena tiba-tiba saya seperti disadarkan tentang sesuatu. Seringkali kita mendengar ucapan terima kasih terlontar dari lisan seseorang saat sesuatu yang besar menyentuh mereka. Sesuatu yang membukakan mereka sangat tertolong dan termudahkan dari tindakan seseorang. Sesuatu yang membuat hidup mereka langsung mengalami perubahan menjadi lebih baik. Sesuatu yang merupakan kejutan sangat menggembirakan dan menyenangkan hati mereka. Begitu mudah kalimat itu terlontar dari lisan mereka. Atau mereka mungkin tidak secara otomatis melontarkannya, tapi mereka mengekspresikannya dalam suatu tindakan yang menunjukkan kegembiraan hati mereka mendapat sesuatu itu.

Akan tetapi bagaimana dengan hal-hal yang lebih kecil dan lebih halus lagi? Sesuatu yang mungkin tidak mengenakkan hati /perasaan mereka. Bisakah ucapan terima kasih itu keluar / terekspresikan secara otomatis?

Karena memang ada hal-hal kecil yang mungkin kita anggap remeh dan tak penting, yang pada hakikatnya justru adalah sesuatu yang justru lebih patut kita beri ucapan terima kasih / ungkapkan rasa syukur. Ada hal-hal yang mungkin pada awalnya tidak mengenakkan hati / perasaan yang sebenarnya juga perlu kita beri ucapan terima kasih. Seperti nafas ini, wujud manusia ini, udara ini, cuaca ini, bumi ini, hidup ini, apa adanya kita ini. Betapa sering kita lupa berterima kasih atau mengapresiasi nafas ini disaat kita sedang terpuruk dan gagal. Betapa sering kita lupa berterima kasih atau mengapresiasi hidup ini ketika kita sedang dirundung putus asa. Betapa sering kita lupa berterima kasih atau mengapresiasi wujud manusia ini disaat kita sedang mengalami ujian hidup yang amat berat. Betapa sering kita lupa berterima kasih atau mengapresiasi cuaca saat itu ketika kita amat terfokus pada apa yang kita rencanakan dan inginkan terjadi. Betapa sering kita lupa berterima kasih atau mengapresiasi bumi ini saat kita begitu berambisi untuk mengeruk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Betapa sering kita lupa berterima kasih atau mengapresiasi udara ini disaat kita begitu terpesona oleh kemajuan teknologi dan seterusnya.

Kita jarang sekali mendengar ucapan terima kasih atas hal-hal itu, padahal hal-hal itulah yang memungkinkan kita untuk bisa mendapatkan hal-hal yang kita anggap besar dalam hidup kita. Tidak hanya ucapan terima kasih, tapi juga ungkapan terima kasih yang mewujud dalam tindakan dan gerak batin dalam mengapresiasi ciptaan yang telah disediakan Sang Pencipta dan melengkapi hidup kita selama ini. Ketika kita bisa mengekspresikan rasa terima kasih dan syukur itu dari kedalaman diri kita hingga mewujud dalam ucapan, tindakan, raut muka, gerak dan diamnya lahir batin kita, saat itulah status abdan syakuro itu mengejawantah dalam diri kita. Dan itulah sebaik-baik status hidup seseorang.

Karena al Qur'an sendiri telah menyebutkan 'Amat sedikit sekali hamba-hambaKu yang bersyukur kepadaKu'. Maka sudah sepantasnya kita berjuang menjadi memasukkan diri kita dalam golongan itu. Karena Allah sendiri telah berjanji 'Siapa bersyukur kepadaKu, akan aku tambah yang ada pada kalian. Siapa yang tidak berterima kasih, sesungguhnya siksaKu amat pedih'. Sebuah tindakan mudah namun berat dalam timbangan adalah syukur. Karena itu saya ingin belajar berterima kasih untuk hal-hal yang mudah dilakukan namun mempunyai timbangan yang dimulai dari hal-hal kecil yang saya terima hingga saya juga bisa berterima kasih pula untuk sesuatu yang lebih besar lagi.

Terima kasih! _/\_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar