Minggu, 16 Agustus 2009

Tentang Darmaraja (1)

Catatan cerita:
Kisah ini pelengkap cerita dari seri Mahaprastanika yang mengisahkan tentang kehidupan Yudistira yang dikenal berdarah putih karena kejujurannya.



" Apapun perintah pamanku padaku, aku akan menerimanya, sebagai takdir Ilahi "
Demikianlah perilaku Yudhistira;
Menjadikannya seorang Darmaputra juga Darmaraja.



Adalah bermula dari Rajasuya di Indraprasta,
Sebuah lembaga antara kerajaan yang membawa kecemburuan.
Duryodana dan Sangkuni tiada pernah rela,
Atas perbawa yang senantiasa mengiringi seorang Yudhistira.

Hingga, dibuatlah sebuah rencana licik.
Perjudian menjadi ajang pertemuan mereka.

Meski tanda batin mengatakan tidak,
Sebuah kelemahan merasa perlu untuk ditutupi.
Untuk sebuah kekalahan yang jelas nampak dihadapan.

Kelicikan Sangkuni menjadi bumbu keterlenaan.
Tawa kemenangan Duryodana memanaskan suasana.
Kekalahan demi kekalahan menutup jalan kejernihan.
Hingga tergadailah Drupadi dan Indraprasta.

Ketika kehormatan Drupadi tiada lagi berharga di tengah arena,
Sang Krisna mengulur tutupan atas busana yang tersingkap.
Kala keberserahan menjadi satu-satunya jalan keselamatan.

Sebanyak Dusasana menarik kain sari tutupan Drupadi,
Sebanyak itu pula kain sari terlepas tanpa terhenti di ujung tenunan.
Pun pelajaran tiada tersampaikan kepada Dusasana.

Drupadi pun menghadap ke Destarasta unt. pembebasan,
Dari pelecehan dan penghinaan kerabat Kurawa di hadapan arena.
Durna, Widura menjadi saksi atas perlakuan yang diterima.
Terketuk hati Destarasta atas kebenaran dan kebajikan.

Diterima permohonan pembebasan
Dan diberikan baginya tiga hadiah pembebasan.

Adalah Drupadi meminta pembebasan atas Yudhistira,
Hadiah-pun diberikan!

Diminta pembebasan atas ke-empat saudara Pandawa yang lain.
Hadiah-pun diberikan!

Hingga yang ketiga, ketika hasrat menginginkan kembalinya kerajaan Indraprasta,
Terungkap kalimat, " Cukuplah itu bagiku. "
' Aku tidak tamak akan hadiah pembebasan. "

Destarasta memanggil ke-lima Pandawa ke sisinya dan berkata,
" Aku ijinkan perjudian itu hanya untuk mengetahui bagaimana ia berakhir.
Lupakanlah apa yang telah terjadi.
Anggaplah ia hanya sebagai mimpi buruk. "

Maka kembalilah keluarga Pandawa ke Indraprasta,
Kembali untuk memimpin kerajaan sebagaimana sebelumnya.

Namun ditengah perjalanan,
Utusan dari Hastinapura memotong perjalanan mereka,
Menyampaikan kabar dari Destarasta,
" Aku undang engkau kembali ke istana, untuk sebuah keperluan. "

Adalah Duryodana, Dusasana, Sangkuni dan Karna berada dibalik rencana.
Ketidak puasan atas putusan ayahanda membawa taktik berikutnya.
Ketakutan pada balasan atas tindakan penghinaan menutup jalan pikiran.

Pada kalimat Bima yang terucap bagi Duryodana,
" Jika aku tidak meremukkan paha yang tersingkap itu sampai mati,
Aku bersumpah tidak akan masuk surga nenek moyangku! "

Pada Dusasana pun terucap kalimat,
" Jika aku tidak merobek jantungmu di peperangan dan meminum darah di dalamnya,
Aku bersumpah tidak akan masuk surga nenek moyangku! "

Pada Karna, atas perlecehan yang dilakukan pada Drupadi,
Terucap sumpah Arjuna,
" Jika waktunya tiba, aku bersumpah akan memutuskan kepalamu!
Dan membuatnya menggelinding di bumi! "

Juga atas Sangkuni, Sadewa mengangkat sumpah,
" Atas tindakanmu, aku bersumpah akan membunuhmu di medan peperangan! "

Adalah Yudhistira,
Sebagai lakon perjudian penenang semua pergolakan.
" Kita terikat untuk senantiasa dalam kebajikan, Saudaraku! "

Demikian juga ketika utusan dari Hastinapura datang menghadap,
Yudhistira dengan tenang menyambut,
" Aku taati pamanku, apapun yang menjadi perintahnya! "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar