Sabtu, 14 November 2009

Menerima tugas sebagai takdir

Kisah penolakan atas jalan hidup bukanlah kisah usang. Catatan sejarah dan kitab suci telah membuktikan hal itu. Salah satunya telah ditulis dalam kitab suci untuk menjadi pelajaran bagi manusia masa kini bahwa orang suci pun juga adalah manusia dengan pilihan dan kemauan bebasnya. Toh itupun tidak menyelamatkannya dari ketetapan dan kuasa Tuhan yang lebih besar yang bernama takdir.

Adalah nabi Yunus berusaha menolak pilihan Tuhan untuk berdakwah di negeri Niniwe. Kehendak Tuhan yang lebih besar menjadikan seluruh alam bekerja untuk menentang kehendak bebas itu. Maka terjadilah badai di tengah lautan, undian yang selalu menetapkan nama dia untuk di lempar ke laut, ikan paus datang menelan, dan 3 hari dalam kegelapan perut si ikan paus hingga doa ampunan mengembalikan dia ke daratan.

Maka kalau kini aku kisahkan ini di sini, itu adalah karena satu sisi batinku menyadari tugas yang dia pilihkan untuk aku ada di alam ini, tidak seberat dan sebesar nabi Yunus tentunya :) dan kehendak bebas diriku sebagai manusia di sisi lain. Konflik itu ada! Dan semakin aku menolak pihan yang Dia tetapkan atas aku, semakin batinku merasa sakit karena yang muncul kemudian adalah rasa kecewa, sedih, marah, terluka dan ketidak-percayaan pada KebijaksanaanNya.

Maka menerima dalam kesabaran di saat diri kita belum bisa sepenuhnya rela menundukkan diri dan kehendak bebas (baca: hawa nafsu) di depan ketetapan Nya merupakan cara terbaik dan paling menyelamatkan. Dalam hal ini musuh kita bukan orang orang lain ataupun makhlukNya tapi musuh kita adalah hawa nafsu kita sendiri.

Dalam situasi seperti ini, langkah nabi Yunus saat berada dalam perut ikan paus yang gulita tentu menjadi teladan kita agar kembali menemukan cahaya (baca: kembali ke daratan) yaitu "Allohumma inni dzolamtu nafsi dzulman katsiro. Laa yaghfirudz dzunuuba illa Anta. Faghfirli. Innahu huwal ghofuurur rohiim"

Aku mohon ampunMu dan teguhnya keyakinan atas KebijaksanaanMu serta kerelaan hati menerima ketetapanMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar