Rabu, 25 November 2009

Menggugat Khulafah (IV)

Semakin dipelajari sistem khilafah yang ada, semakin terlihat bias yang dalam ide utopis tersebut.

Dengan serangkaian dasar hukum yang mengutip ayat-ayat Qur'an memesona orang-orang yang tidak mau menggali lebih dalam pengaruh yang bisa ditimbulkan apabila ide tersebut dibiarkan berkembang atau bahkan diterima sebagai pengganti dasar negara atau bahkan menggantikan kedaulatan NKRI.

Satu hal yang pasti dengan penggantian tersebut dapat dinyatakan dengan kalimat singkat yaitu 'penjajahan model baru'.

Kalo selama ini ide yang mereka lawan dengan getol adalah penjajahan atau hegemoni barat atas mayoritas negara2 Islam atau bangsa Indonesia, maka apa beda ide khilafah dengan hegemoni barat? Karena hingga kini tidak ada kejelasan siapa pemimpin mereka. Yang mereka selalu kedepankan adalah pelaksanaan syariat Islam secara politis.

Tapi bila kita amati dengan cermat seluruh rujukan yang menjelaskan tentang khilafah dan bagaimana penolakan mereka atas Pancasila dan UUD45 maka yang bisa saya simpulkan adalah "kita hendak digiring untuk menjadi bangsa yang kembali terjajah". Hanya kali ini penjajahnya adalah orang Arab bukan Belanda, anak durhaka dari bangsa Indonesia yang dengan gigihnya memperjuangkan ide tersebut telah menjadi antek-antek orang Arab.

Kita semua tahu melalui catatan sejarah seenak-enaknya dijajah lebih enak merdeka. Karena dalam kemerdekaan kita mengenali jati diri bangsa kita, budaya bangsa dan kebiasaan yang telah mengakar dalam jiwa bangsa mendapatkan hak-haknya. Sementara bisa saja segala ide utopia itu menceritakan hal-hal muluk dengan mengacu pada Qur'an dan Hadist. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa ide-ide itu akan diikuti sedang kenyataan di lapangan saat ini saja, ummat Islam yang telah menjalankan syariat Islam seperti dari kalangan NU dianggap belum mengikuti syariat dengan benar!

Orang-orang yang mengaku sebagai pro khilafah adalah orang-orang yang tertipu oleh ide 'arabisasi' ajaran Islam sehingga mereka dibutakan dari melihat nilai-nilai Tauhid, keadilan, kemanusiaan, musyawarah, persatuan yang terdapat dalam akar budaya bangsa (baca: Pancasila) dan sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Qur'an.

Kalau sila pertama dipermasalahkan hanya karena dihilangkannya ayat syariat... Itu menunjukkan ketidak-bijaksanaan penganut paham pro khilafah. Karena dihilangkannya ayat tersebut menunjukkan pengakuan seutuhnya bahwa memang Tuhan itu Esa dan tiada sekutu bagiNya. Sementara bila dimasukkan ayat tersebut maka pertanyaannya Tuhan tidak lagi Maha Esa karena ada saingannya yaitu yang disembah orang-orang non Muslim. Bukankah itu berarti mereka sudah tidak bertauhid secara benar?!

Jadi singkat kata 'SAY NO to KHILAFAH'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar