Senin, 23 November 2009

Menggugat Khilafah (bagian III)

Dua hari terakhir saya mendapat kiriman artikel dari teman-teman saya tentang pemikiran Khilafah. Diantara pemikiran itu adalah berjudul "Hizbut Tahrir adalah Organisasi Terlarang (OT) di Negara Asal Berdirinya" oleh redaksi HARIAN BANGSA yang merupakan hasil wawancara dengan KH Imam Ghazali Said. Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo dan artikel "KHILAFAH MENURUT AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH" tulisan KH. M. Shiddiq Al-Jawi.


Stlh menyempatkan membaca dua artikel ini kesimpulan sementara saya adalah setuju dgn pendapat KH Imam Ghozali Said, bahwa konsep khilafah isinya adalah ide utopia tentang 100% syariah di suatu negara yang dalam hal ini adalah arab-oriented dengan mencabut dan tidak mengakui nilai-nilai kebijaksanaan maupun pemikiran lokal.

Bila melihat tokoh utama pencetus HT bs jadi pengalaman menjalani kerasnya medan perang di wilayah Arab dengan latar belakang budayanya, itu secara psikologis mempengaruhi pemikirannya dlm memperjuangkan nilai-nilai Islam. Perhatikan kisah-kisah pejuang Mujahidin yang belum menemukan kedamaian batin selama peperangan di Afganistan hingga kini masih harus berperang dgn saudaranya dan dimanfaatkan pihak asing.Maka sudah tentu kita tidak menginginkan negara kita yang telah bersatu ini diporak-porandakan oleh 'kegelisahan' pemikiran' seorang 'veteran perang fisik' :)

Karena latar belakang gelora semangat "reaktif" tersebut maka tak heran target mereka adalah pemuda. Maka sudah sepantasnya para pemuda ataupun yang merasa berjiwa muda :) merespon/ mengkounter pemikiran utopia itu

Satu hal yang sangat jelas adalah di negaranya sendiri HT melalui ide khilafah adalah produk gagal yang ditolak oleh bangsa arab sendiri. Sehingga jika sudah jelas gagal kenapa kita mau membeli produk gagal dengan mempertaruhkan keutuhan, keselamatan dan keamanan bagsa sendiri?

Memang saat ini banyak pejabat pemerintah kita sedang sakit. Ibarat ada jasad ada jiwa. Sakitnya jasad (pemerintah) bisa mempengaruhi jiwa (negara). Namun sebagai bangsa, kesetiaan kita adalah pada negara bukan pada pemerintahnya. Karena pemerintah bisa berganti-ganti tapi negara tetap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar